Memang, pangsa pasar BRI di UMKM yang masih memiliki posisi tersendiri dibanding bank lain, dia punya captive market
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) terus menunjukkan peningkatan kinerja keuangan, tercermin dari laba bersih kuartal I 2022 sebesar Rp12,2 triliun, melonjak 78,13 persen dibanding kuartal I 2021 (YoY).

Pengamat ekonomi dan Financial Market Specialist LBP Enterprises Internasional Lucky Bayu Purnomo, di Jakarta, Selasa, mengatakan peningkatan signifikan performa BRI akan terus berlanjut mengingat fondasi bisnis dan pasar yang besar serta transformasi digital yang on the track.

"Dalam jangka pendek, BRI sudah menunjukkan performa yang baik dan kinerja yang unggul dibanding industri perbankan. Memang, pangsa pasar BRI di UMKM yang masih memiliki posisi tersendiri dibanding bank lain, dia punya captive market," kata Lucky.

Ia menjelaskan sejumlah bank termasuk BRI telah menunjukkan performa perbaikan kinerja yang signifikan lebih awal, namun BRI berada di posisi yang tepat sehingga menunjukkan kinerja yang sangat baik dibandingkan bank Buku IV lain.

Pada akhir Maret 2022 tercatat asset BRI Group tumbuh sebesar 8,99 persen (yoy) menjadi Rp 1.650,28 triliun. Kondisi UMKM yang mulai pulih saat ini mendorong penyaluran kredit BRI tumbuh 7,43 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 1.075,93 triliun.

Lucky mengatakan UMKM adalah captive market yang paling mampu bertahan dan bangkit sangat cepat di masa pandemi. Dibandingkan korporasi yang sulit bergerak, UMKM lebih tahan banting dan bisa bergerak cepat.

“Transformasi digital yang lebih masif akan berdampak positif juga pada kinerja emiten di pasar modal. Kapitalisasi pasar bank-bank digital yang kini lebih tinggi dengan pamor yang melesat di pasar modal terjadi karena peran digital. Maka, BRI perlu terus mendorong akselerasi digital agar pergerakannya bisa diatur untuk melaju dengan kecepatan tinggi,” katanya.

Prospek BRI

Pemulihan ekonomi yang diproyeksikan terus berlanjut akan membawa prospek positif untuk kinerja jangka panjang perbankan. Namun, saat ini untuk jangka pendek, perbankan belum dapat ikut serta dalam sentimen positif salah satunya karena rupiah yang tertekan.

Kinerja bank juga akan tergantung pada status pandemi atau endemi. Sinyal kuat sudah dirasakan pasar dari meningkatnya mobilitas serta pelonggaran kebijakan pembatasan dari pemerintah.

"Industri sudah berfungsi, sudah ada banyak pertunjukan, hiburan, perbankan yang tadinya mengalami tekanan karena restrukturisasi kredit mendapatkan angin segar untuk jangka panjang," kata Lucky.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan pencapaian laba BRI tak lepas dari pulihnya perekonomian nasional serta menggeliatnya aktivitas pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan core business BRI.

“Kondisi UMKM yang mulai pulih saat ini mendorong penyaluran kredit BRI tumbuh 7,43 persen yoy menjadi sebesar Rp.1.075,93 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit perbankan nasional di kuartal I 2022 sebesar 6,65 persen,” kata Sunarso.

Secara umum, portofolio kredit UMKM BRI tercatat tumbuh sebesar 9,24 persen yoy dari Rp826,85 triliun di akhir Maret 2021 menjadi Rp903,29 triliun di akhir Maret 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus merangkak naik, menjadi sebesar 83,95 persen.

Apabila dirinci, penyaluran kredit kepada seluruh segmen UMKM tercatat tumbuh positif, dengan penopang utama yakni segmen mikro yang tumbuh 13,55 persen, segmen konsumer tumbuh 4,56 persen dan segmen kecil & menengah tumbuh 3,96 persen.

Sunarso menambahkan keberhasilan BRI dalam menyalurkan kredit di atas rata rata industri perbankan nasional diiringi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) BRI secara konsolidasian yang tercatat sebesar 3,09 persen pada akhir Maret 2022. Angka ini tercatat menurun apabila dibandingkan dengan NPL pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 3,30 persen.

Selain itu, kualitas kredit yang membaik tersebut juga disebabkan oleh restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 yang saat ini terus menurun secara gradual. Hingga akhir kuartal I 2022 tercatat restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 sebesar Rp144,27 triliun, atau telah turun sebesar Rp103,75 triliun apabila dibandingkan dengan total akumulasi restrukturisasi yang mencapai Rp248,02 triliun.


Baca juga: Dirut BRI optimistis raup laba Rp45 triliun dengan jualan "pecel"
Baca juga: Erick Thohir dukung peningkatan agen BRILink
Baca juga: Holding BUMN Ultramikro percepat inklusi keuangan


Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022