Baghdad (ANTARA News) - Gelombang serangan bom di Baghdad pada Kamis menewaskan 57 orang, kata juru bicara kementerian kesehatan, pada saat Irak menghadapi krisis politik.

Wakil presiden dituduh memerintahkan pasukan berani mati dan perdana menteri memperingatkan ia bisa memutus pembagian kekuasaan dalam kabinetnya.

Juru bicara Kementerian Ziad Tariq mengatakan, 57 orang tewas dan 176 terluka dalam 10 serangan di ibu kota.

Juru bicara keamanan Baghdad Mayor Jenderal Qassim Atta mengatakan terjadi selusin serangan sehari itu.

Serangan yang paling mematikan dalam lebih dari empat bulan, sebagian besar dilakukan bertepatan dengan jam pagi yang sibuk, dan pasukan keamanan mengepung lokasi bom, kata koresponden AFP dan para pejabat.

Mereka menyerang kabupaten-kabupaten Allawi, Bab al-Muatham dan Karrada di Baghdad tengah, lingkungan Adhamiyah, Shuala dan Shaab di utara, Jadriyah di timur, Ghazaliyah di barat dan Al-Amil serta Dura di selatan, kata para pejabat.

Aksi kekerasan itu terjadi pada saat politisi Irak berselisih atas surat perintah yang dikeluarkan untuk penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi, dan Perdana Menteri Nuri al-Maliki menuntut agar pihak berwenang Kurdi menyerahkan pemimpin Arab Sunni itu, yang bersembunyi di wilayah otonomi mereka. Tetapi Hashemi membantah tuduhan tersebut.

Maliki juga menyerukan wakilnya dari Sunni Saleh al-Mutlak, yang termasuk blok Iraqiya sama seperti Hashemi, akan dipecat setelah ia menggambarkan bahwa Syiah yang memimpin pemerintah sebagai "diktator".

Iraqiya, sementara itu, telah memboikot parlemen dan kabinet, dan Maliki telah mengancam untuk menggantikan menteri-menteri pemerintah persatuan yang baru berumur setahun, demikian AFP melaporkan.

(SYS/H-AK/A023)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011