pekerjaan MRT Fase 2 lebih menantang karena melintasi oleh bangunan cagar budaya, sehingga harus diperhitungkan agar tetap terkonservasi dengan baik
Jakarta (ANTARA) - Progres pembangunan MRT Fase 2A yang menghubungkan Bundaran HI-Harmoni saat ini mencapai 38,1 persen atau berada pada tahap pengeboran menggunakan mesin bor terowongan (tunnel boring machine) bawah tanah.

"Progres CP 201 sampai hari ini 38,1 persen dengan kedalaman 20 meter di bawah Jalan MH. Thamrin, yang mana ini merupakan titik awal pengeboran menggunakan tunnel boring machine MRT Fase 2A," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar saat meninjau pekerjaan MRT Fase 2A CP 201 untuk Stasiun Thamrin dan Stasiun Monas, Jakarta, Selasa..

William menjelaskan  MRT mendatangkan mesin bor terowongan sebanyak dua unit yang difabrikasi di salah satu perusahaan multinasional Jepang, Kawasaki Heavy Industries di Hangzhou, Tiongkok.

TBM pertama yang tiba pada Desember 2021 lalu saat ini dipersiapkan untuk pekerjaan "main drive" terowongan Bundaran HI-Thamrin, sedangkan TBM kedua yang tiba di lokasi pekerjaan Stasiun Monas sedang dalam tahap perakitan.

Adapun pembangunan MRT Jakarta Fase 2A rute Bundaran HI-Harmoni ditargetkan rampung pada Maret 2025, sedangkan rute Harmpni-Kota ditargetkan pada Agustus 2027.

William mengatakan akan ada tujuh stasiun yang dibangun dalam pekerjaan MRT Fase 2A, yakni Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar Glodok dan Kota.

Dalam pembangunannya, William mengakui bahwa pekerjaan MRT Fase 2 lebih menantang karena melintasi oleh bangunan cagar budaya, sehingga harus diperhitungkan agar tetap terkonservasi dengan baik.

Salah satu contoh cagar budaya tersebut, yakni Menara Jam Thamrin, yang kini sudah direlokasi di kawasan proyek Stasiun Monas.

"Kita mengerjakan ini tentu dengan mempertimbangkan banyaknya bangunan cagar budaya dari Thamrin sampai Kota, sehingga semua pembangunannya dilakukan dengan memerhatikan kelestarian kota," kata dia.

Selain itu, pembangunan Fase 2 juga melalui objek vital negara, seperti Monas, gedung-gedung kementerian, hingga Istana Negara. Oleh sebab itu, aktivitas saat proyek berlangsung dan selesai, harus memperhitungkan kondisi lalu lintas.

Dengan kedalaman 20-30 meter di bawah tanah, kondisi tanah yang labil juga menjadi perhatian khusus agar pembangunan stasiun MRT tetap berjalan sesuai target.
Baca juga: MRT gandeng dua perusahaan Prancis tingkatkan infrastruktur
Baca juga: MTI sebut tarif integrasi dibutuhkan untuk transisi pandemi ke endemi
Baca juga: Pakar dorong integrasi tarif JakLingko segera diimplementasikan

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2022