Pangkalpinang (ANTARA News) - Nelayan di pusat perkampungan nelayan Kota Pangkalpinang, terbelit utang di warung-warung untuk menutupi kebutuhan hidup selama sebulan tidak melaut, menyusul angin kencang disertai ombak setinggi empat meter yang terus melanda perairan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).

"Kami terpaksa mengutang sembako di beberapa warung yang nantinya dibayar setelah cuaca membaik dan kami kembali lagi melaut seperti biasa. Untung masih ada orang percaya memberi utang sehingga kami tetap bisa makan bersama anak-anak," ujar Anto, nelayan Pangkalarang, Pangkalpinang, Minggu.

Beberapa kali pada tengah malam angin berhembus sangat kuat sehingga menimbulkan gelombang sangat tinggi di perairan dan juga pepohonan pada tumbang di pulau. Kondisi ini diperparah hujan yang disertai bunyi petir bertubi-tubi yang cukup keras sehingga kami takut disambar petir.

Ia menjelaskan, situasi cuaca buruk sudah terjadi sejak awal Desember, namun hingga pertengahan bulan kami masih berusaha melaut balik hari yaitu pagi pergi dan malam pulang untuk menghindarkan gelombang tinggi di tengah laut.

Namun sejak lebih dua minggu terakhir praktis saya bersama sebagian nelayan lainnya tidak mungkin lagi melaut, karena cuaca semakin buruk yang mengancam keselamatan jiwa, sehingga sejak itu praktis kami berdiam diri di rumah tanpa penghasilan.

Menurut dia, saat cuaca belum seburuk sekarang kami melaut hingga tiga hari dengan membawa tiga anak buah, ransum dan solar secukupnya dengan modal keseluruhannya Rp1 juta lebih, sementara hasil tangkapan ikan hanya berkisar Rp600 ribu sehingga rugi Rp400 ribu karena saat cuaca buruk tidak leluasa mengejar ikan.

Karena itu, katanya, dari pada rugi terus terpaksa untuk sementara waktu menganggur hingga menunggu cuaca membaik. Cuaca bagus diperkirakan mulai April hingga Juli dan diharapkan saat itu nantinya kami bisa panen ikan untuk menutupi utang-utang yang banyak di warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sementara itu, Sani, mengatakan, sejak satu bulan ini jarang pergi melaut karena kondisi cuaca yang tidak mendukung seperti angin kencang dan ombak yang mencapai kurang lebih empat meter, sehingga membahayakan keselamatan kami saat di laut.

Ia mengatakan, sebagai nelayan tradisional yang hanya menggunakan mesin kapal berkekuatan 2 sampai 5 GT, tidak banyak hasil yang bisa diharapkan meski dalam situasi cuaca bagus di luar cuaca buruk dan bulan terang (bulan purnama).

Pada kondisi seperti ini bila tetap melaut hasil tangkapan hanya berkisar belasan kilo seperti ikan sotong, sehingga bila dijual hanya mendapatkan uang Rp300 ribu, sedangkan modal untuk melaut tersebut mencapai Rp600 ribu.

Sani menjelaskan, kondisi angin kencang seperti ini memang rutin terjadi pada tiap tahunnya. Pada April sampai Juli nanti barulah kondisi angin menjadi lebih teduh dari sekarang.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009