Jakarta (ANTARA News) - Banjir bandang di ibu kota Jakarta seperti tahun 2007 mungkin terjadi kembali awal tahun depan yang bisa dideteksi dari kedatangan "cold surge" atau angin Siberia dari utara bumi yang mengalir ke selatan.

"Cirinya, seminggu sebelum kejadian, ada badai salju di Hongkong di mana tekanan permukaan naik sebesar 10 milibar dalam 24 jam dan membuat udara di kawasan kita kering," kata Kepala Pusat Perubahan Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dr Edvin Aldrian usai diskusi Pengelolaan Sumber Daya Air bertema "Kelola Air Selamatkan Bumi" di Jakarta, Jumat.

Cold surge merupakan massa udara dingin yang terbawa oleh sirkulasi angin utara-selatan (meredional) akibat gangguan tekanan tinggi di kawasan Siberia mengalir ke kawasan ekuator dan ke selatan melalui pesisir utara Jawa.

Faktor Cold Surge cukup berat menekan Jakarta dari laut dan dari atmosfer di kala terjadi hujan lokal yang terus-menerus selama beberapa hari ditambah banjir kiriman dari dataran tinggi di selatan Jakarta pada 2007.

"Apa lagi saat ini MJO (maden-julian oscillation) menuju fase basah yang akan menambah uap air. Cold Surge bisa membawa malapetaka jika secara bersamaan datang dengan MJO fase basah," urainya.

Ia menambahkan, pada akhir Januari matahari juga sedang berada tepat di atas Jawa, di mana terjadi radiasi matahari maksimal yang juga bisa berpengaruh pada faktor-faktor terkait kemungkinan banjir.

Edvin juga mengingatkan, perubahan iklim memang sedang terjadi yang tampak dari data dan tren iklim yang semakin ekstrem. Kawasan kering semakin kering dan kawasan basah menjadi semakin basah.

"Hujan makin lama hanya jatuh di musim hujan sedangkan di musim kemarau semakin jarang hujan. Hujan juga terjadi dalam intensitas yang besar namun dalam waktu singkat. Ini tentu menyebabkan kemungkinan banjir makin besar," katanya.

Demikian pula sinyal El Nino yang mengindikasikan pemanasan global, yang jika El Nino tidak kuat maka Indonesia akan mengalami kemarau basah, namun jika El Mino kuat, Indonesia akan mengalami kekeringan.

"Tahun 2010 adalah tahun tanpa kemarau bagi Indonesia. Sepanjang tahun tak ada minggu-minggu tanpa hujan, namun di saat yang sama terjadi penurunan curah hujan yang rata di semua daerah. Ini menyebabkan hewan-hewan yang merugikan berkembang biak karena tak ada pergantian musim," katanya.
(T.D009/I007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011