Tirus (ANTARA News) - Zuheir Arnaout melihat dengan marah saat dia mengamati kerusakan akibat sebuah bom yang ditujukan pada restorannya di Tirus, salah satu dari sejumlah kota di Lebanon selatan dimana alkohol masih ditolerir.

"Apakah yang mereka inginkan? Ingin menghentikan orang minum, bersenang-senang?" tanyanya di luar restoran populer "Tyros" yang mempunyai pemandangan indah menghadap laut Mediteran, lapor AFP.

Pada Rabu, sebuah bom yang dibuat dari dua kilogram TNT meledak dan menyebabkan kerusakan besar pada restoran itu, menghancurkan instrumen band "Tyros".

Serangan muncul beberapa hari sebelum Malam Tahun Baru dan merupakan ledakan ketiga sejenis yang menyasar restoran ramah alkohol di Tirus dalam dua bulan.

Tidak ada yang mengklaim bertanggungjawab atas pemboman di Tirus, kota kuno Finisia yang membanggakan pelabuhan indah dan situs arkeologis Roma.

Kediaman warga Muslim maupun Kristen itu, Tirus juga populer diantara ekspatriat dan pasukan penjaga perdamaian PBB yang ditempatkan di Lebanon selatan bersama dengan keluarga mereka.

Seperti kebanyakan warga kota Tirus, Arnaout yakin  pemboman itu ditujukan untuk menghancurkan sektor  turisme yang menguntungkan, yang memuncak pada musim panas, juga popularitasnya selama musim liburan musim dingin.

"Rumor yang beredar bahwa sementara orang ingin mencegah penyelenggaraan penghitungan mundur Malam Tahun Baru di Tirus," katanya.

Namun Arnaout menekankan dia tidak akan menyerah pada ancaman.

"Malam Tahun Baru akan dirayakan di restoran ini -- penghidupan 32 keluarga bergantung padanya," katanya kepada AFP.

Pemilik restoran lainnya, yang meminta tidak diidentifikasi, mengatakan dia telah menrima telepon gelap yang menganjurkan agar dia tidak mengorganisasi apapun terkait Malam Tahun Baru.

"Mereka mengatakan hal itu akan menjadi yang terbaik bagi saya dan restoran saya." katanya.

Namun dia mengatakan hantaman terhadap bisnis di Tirus atas serangkaian pemboman dalam bulan-bulan belakangan tidak memberinya pilihan lain selain tetap melanjutkan pesta.

"Saya menghabiskan setengah juta dolar untuk membangun restoran saya, dan sejak pemboman terakhir bisnis kami pada dasarnya nol," katanya.

Para pemilik restoran lain mengambil pendekatan yang lebih hati-hati, beberapa diantaranya menggantungkan tanda di jendela mereka dengan tulisan: "Kami menyesal kami tidak dapat menyajikan alkohol."

Pemilik restoran lain yang juga minta anonim mengatakan: "Kami memasang poster berisikan pesta alkohol melimpah pada malam 31 Desember.

"Mereka diruntuhkan dalam semalaman, dan kami tidak tahu siapa yang mungkin telah melakukan hal ini."

Pada 16 November, bom kembar menghantam Tirus dalam serangan yang dikatakan para pejabat ditujukan pada toko-toko dan klub-klub ramah alkohol yang tersisa sedikit di Lebanon selatan yang konservatif.

Sasaran-sasaran pada pembomban November adalah klub-klub malam di pemukiman Syiah yang populer dengan pasukan PBB dan toko minuman keras di bilangan Kristen kota itu.

Kampanye untuk membersihkan Selatan dari alkohol telah berlangsung bertahun-tahun.

Toko-toko alkohol di kota selatan Nabatieh, dimana mayoritas penduduknya adalah muslim Syiah, dipaksa menutup pintu mereka tahun ini sesudah protes rakyat menuntut kota tersebut bebas dari alkohol.

Pemboman belakangan ini, dikombinasikan dengan kampanye intimidasi oleh partai-partai konservatif lokal dan para pendukung mereka, juga telah memaksa sejumlah penjaja minuman keras di Tirus menutup toko.

Tirus secara politis dikuasai Gerakan Amal Syiah, sebuah partai yang dipimpin oleh Ketua Parlemen Nabih Berri dan bersekutu dengan kelompok militan kuat Hizbullah.

Salah Sebraoui, wakil presiden kotamadya Tirus, mengatakan kepada AFP para pejabat telah melakukan langkah-langkah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan, memasang kamera-kamera pengintai di seluruh kota.

Namun disamping langkah-langkah tersebut, jalan-jalan Tirus yang biasanya sibuk pada Rabu sepi menakutkan, karena ketegangan mencekam pemukiman kota itu.

Sejumlah orang telah mulai mengubah rencana mereka untuk Tahun Baru, liburan yang populer di Lebanon yang multi-keyakinan itu.

"Kami telah membatalkan reservasi kami untuk 20 orang pada Malam Tahun Baru dan sebagai gantinya kami kemungkinan akan menuju Beirut untuk merayakannya," kata Hisham Bitar, seorang muslim berusia 44 tahun yang menikah dengan orang Kristen.

"Jika fundamentalis berada di belakang pemboman ini, jika tujuan mereka adalah menyeret Tirus kembali ke Abad Pertengahan, ini sama sekali tidak dapat diterima," kata Hoda, seorang penjaga toko di Tirus.

"Mengapa mereka tidak membiarkan saja orang hidup seperti yang mereka inginkan?" (K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011