Medan (ANTARA News) - Nilai ekspor aluminium Sumatera Utara 2011 turun 1,11 persen atau mencapai 307,591 juta dolar AS ditengah gencarnya upaya penghijauan lingkungan Danau Toba yang jadi sumber listrik industri tersebut.

"Pada Januari-November 2010, nilai ekspor golongan barang itu masih 311,039 juta dolar AS, sementara periode sama 2011 tinggal 307,591 juta dolar AS.Ada penurunan sedikit," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno, di Medan, Selasa.

Penurunan nilai ekspor terlihat di November yang devisanya 25,037 juta dolar AS dari 26.414 juta dolar AS di Oktober.

Penurunan devisa cenderung karena harga ekspor yang berfluktuasi, katanya.

Ekspor aluminium Sumut sendiri masih terutama ke Jepang.

Ketua Otorita Asahan, Effendi Sirait mengaku perbaikan lingkungan di sekitar Danau Toba, Sumut perlu terus dilakukan meski dewasa ini tinggi permukaan air danau itu masih cukup bagus di kisaran 903,8.

"Posisi tinggi permukaan air Danau Toba yang mencapai elevasi 903,8 memang masih cukup aman karena berada di atas ambang bawah dan ambang atas yang 902,4-905,5.Tetapi kualitas lingkungan harus ditingkatkan dan Otorita Asahan juga terus berupaya maksimal menjaga dan meningkatkan perbaikan lingkungan,"katanya.

Bagusnya tinggi permukaan air Danau Toba menyebabkan air yang keluar dari dam untuk keperluan pembangkit llistrik tenaga air (PLTA) Siguragura untuk industri peleburan aluminium juga bagus di atas rata-rata yang sebesar 110 ton per detik.

Untuk menjaga lingkungan dan termasuk tiga bidang lainnya pemberdayaan ekonomi masyarakat, pembangunan infrastruktur dan bidang pendidikan khususnya beasiswa, pada tahun 2011 Otorita Asahan mengalokasikan dana Rp92 miliar atau naik dari 2010 yang masih Rp60 miliar.

"Otorita Asahan menilai ke empat bidang itu saling terkait dalam penjagaan lingkungan sehingga memang perlu dilakukan sejalan," katanya.

Ketua Badan Pelaksana Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba (BKPEKDT). Edward Simanjuntak, mengakui, masih perlu kerja keras untuk perbaikan kualitas lingkungan di sekitar Danau Toba.

Dulu seluruh tebing seputar danau dipenuhi pepohonan, sementara dewasa ini banyak yang gundul oleh perbuatan berbagai kalangan sehingga memang harus ada penanaman pohon seperti yang dilakukan berbagai kalangan dewasa ini, katanya.

Degradasi lingkungan, terutama akibat penebangan hutan, kebakaran hutan, tanah longsor ke danau, sampah, dan pencemaran air harus diperbaiki.

"Saya tidak ingat angka pasti kerusakan lingkungan di sekitar Danau Toba, tapi memang harus ada perbaikan serius untuk mempertahankan fungsi kawasan danau itu yang cukup banyak mulai untuk sektor ekonomi hingga menghindari bencana alam,"`katanya.

Data dari BKPKDT yang diterima sebelumnya, mengungkapkan, dari 260.154 hektare daerah tangkapan air berupa daratan Danau Toba, sebanyak 116.424 hektare di antaranya lahan kritis.

Sedangkan sisanya berupa hutan, permukiman, kebun rakyat, sawah, lahan industri, dan areal pariwisata.

Daerah itu tersebar di tujuh kabupaten yang melingkupi Danau Toba, yakni Kabupaten Tapanuli Utara, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Samosir, Simalungun, Dairi, dan Karo.

Total luas Danau Toba mencapai 110.260 hektare.

"Gerakan perbaikan lingkungan di sekitar kawasan Danau Toba yang dilakukan pemerintah, LSM, dan swasta memang sangat diharapkan karena lahan yang perlu direhabilitasi masih cukup luas," katanya.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012