Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan Ekonomi (PE) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) yang memiliki wilayah 15 Kabupaten dan Kota, diprediksikan pada tahun 2012 bisa mencapai 8,5 persen, sementara pertumbuhan ekonomi provinsi itu pada 2011 mencapai 7,7 persen.

"Jadi tahun baru 2012, diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 8,5 persen. Kami optimistis bisa tercapai dengan baik," kata Staf Khusus Gubernur Sulut Bidang Investasi,  Jackson Kumaat dalam keterangan tertulisnya di Manado, Selasa.

Kumaat yang didampingi Staf Khusus Gubernur Bidang Komunikasi Michael Umbas menjelaskan tentang evaluasi pembangunan Sulut 2011, prediksi dan target ekonomi Sulut  2012. Meskipun krisis ekonomi melanda dunia, namun, Sulut tetap eksis ekonomi pada tahun 2011.

"Sulut mampu meghadapi krisis, karena Gubernur Sulut Dr Sinyo Sarundajang dan staf melakukan beberapa terobosan yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mampu mengatasi krisis dengan memangun sektor pertanian, perikanan, jasa dan perdagangan serta pariwisata," katanya.

Kumaat menambahkan, masa depan ekonomi Sulut 2012 makin atraktif dibanding tahun ini. Berdasarkan data triwulan ketiga Badan Pusat Statistik (BPS) maupun Bank Indonesia Manado, pertumbuhan ekonomi tahun ini diproyeksikan mencapai 7,3 – 7,7 persen.

"Dalam hitungan, kami optimistis pertumbuhan ekonomi Sulut ke depan naik menjadi 8,5 persen bahkan lebih. Ini refleksi nyata kinerja ekonomi Sulut di bawah kepemimpinan Gubernur Sinyo Sarundajang. Dengan indikator, capaian dan trend ekonomi saat ini, pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen bukanlah hal yang sulit," ujarnya.

Menurut Kumaat, penjelasan BPS, hasil terbesar pertumbuhan ekonomi saat ini lebih dominan dari sektor jasa perhotelan dan restoran, yakni mencapai 2 persen dari 21 persen total kontribusi sektoral. Pada tahun-tahun sebelumnya, sektor pertanian menjadi motor penggerak perekonomian daerah, kini sektor pertanian menyumbang 0,52 persen.

"Kami berharap sektor agro akan tumbuh kembali dan mampu mengkontribusi pertumbuhan ekonomi secara maksimal. Apalagi pada Masterplan Percepatan, Perluasan, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Sulut masuk dalam koridor Sulawesi sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan perikanan nasional.  Jadi kami memang harus kerja keras untuk membangun ekonomi kedepan," katanya.

Kumaat dan Umbas menambahkan, nilai investasi Sulut terus naik . Angka investasi hingga triwulan ketiga 2011 (versi BPS) mencapai 28,90 persen, meningkat dari 25,69 persen tahun 2010 lalu. "Tak bisa dipungkiri peran Gubernur Sarundajang telah mampu menciptakan Sulut sebagai primadona investasi. Kepiawaian melakukan lobi dan membangun networking dengan investor besar baik dalam negeri maupun asing sudah dibuktikan," katanya.

Dikatakan sejumlah proyek PMA dan PMDN 2010 yang masuk ke Sulut antara lain yakni Industri Semen senilai Rp1,1 triliun, industri pengolahan dan pengalengan ikan senilai Rp12,2 miliar, Perkebunan kelapa sawit dan industri minyak kasar (minyak makan) dari nabati (3 proyek) bernilai 58,8 miliar dolar AS, penangkapan ikan dan industri pengolah ikan senilai 1,3 juta dolar AS, industri kimia dasar senilai 400 ribu dolar AS.

Pembangkitan tenaga listrik, industri tangki senilai 1,9 juta dolar AS, pembangkit listrik tenaga uap senilai 80,2 juta dolar AS, pertambangan emas  (5 proyek) senilai 182 juta dolar AS, jasa akomodasi (cottage) dan wisata tirta (2 proyek) senilai 750 ribu dolar AS, pembangkit tenaga listrik senilai 11,2 juta dolar AS, Industri pembekuan ikan dan biota air lainya senilai 400 ribu dolar AS.

Sementara itu mega proyek infrastruktur Sulut yakni pembangunan jalan tol Manado-Bitung dengan nilai investasi Rp2,2 triliun dimana pembebasan lahan dilakukan pemerintah daerah, proyek peningkatan pelabuhan hub internasional Bitung (perluasan dermaga untuk menampung 5 kapal) senilai Rp250 miliar, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung senilai Rp600 milyar (sedang dalam tahap persiapan). (*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012