Jakarta (ANTARA News) - Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo mengatakan, Polri akan mendalami hasil investigasi Komnas HAM yang antara lain menyatakan bahwa Polri menyalahi prosedur tetap dalam menangani pengunjuk rasa di Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (24/12).

"Nanti kita akan samakan, dan Ketua Komnas HAM akan menyampaikan hasilnya kepada saya. Nanti akan kita komunikasikan," kata Timur di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa malam.

Timur Pradopo mengaku belum menerima laporan lengkap dari Komnas HAM. Meski demikian, Polri siap bekerja sama untuk hasil yang paling baik.

Menurut dia, semua keputusan dalam menangani unjuk rasa di Bima dikeluarkan oleh para komandan lapangan. Sampai saat ini, Polri sedang mengusut apakah ada kesalahan prosedur.

Komnas HAM sebelumnya menilai aparat kepolisian menyalahi prosedur tetap dalam menangani pengunjuk rasa di Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (24/12), sehingga terjadi bentrokan.

"Ada empat protap yang dilewati kepolisian, yakni tidak ada pengendalian massa dengan tangan kosong lunak, pengendalian massa dengan tangan kosong keras, penggunaan senjata tumpul dan penggunaan senjata kimia seperti pakai air cabai", kata Wakil Ketua Komnas HAM, Nurkholis, di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Selasa.

"Namun polisi justru langsung menggunakan senjata api," katanya menambahkan.

Disebutkan, sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Perkap No: 1 Tahun 2009, telah diatur enam tahap tentang tentang penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian, yakni pencegahan, perintah lisan, kendali tangan kosong lunak, kendali tangan kosong keras, kendali senjata tumpul (senjata kimia, gas air mata, semprotan cabe), dan kendali senjata api.

Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh Komnas HAM, yakni keterangan saksi dan tayangan video, ternyata aparat kepolisian tidak melaksanakan sesuai protap.

Dalam kasus bentrokan di Bima, tiga orang tewas dan 30 orang mengalami luka tembak, serta sembilan orang merupakan korban kekerasan aparat.

Tiga orang yang tewas tersebut, Syaiful alias Fu (17), Arif Rahman (18) dan Syarifudin (46). Sementara korban luka tembak, antara lain, M Nur (30), Ismail (50), Yaumin (30), Anhal (29), Syahbudin (31), Awaluddin Anas (22), M Saleh (43), Salfina Juliani (15), Fahmi (18), Nurdin (22), Ramlin (24), Ridwansyah (19), M Ali (50) dan lainnya.
(T.F008/R007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012