Gangguan cuaca jangka pendek ini menyebabkan hujan dengan intensitas sangat tinggi, seperti yang terjadi pada Minggu (1/1) malam.
Yogyakarta (ANTARA News) - Gangguan cuaca mengejutkan warga Yogyakarta. Setiap malam tahun baru yang biasanya hujan, ternyata tidak. Keesokan harinya, 1 Januari 2012, hingga siang cuaca masih cerah. Ketika menjelang sore, langit mendung, dan tidak lama kemudian hujan lebat merata di seluruh wilayah provinsi ini hingga tengah malam.

Pada malam itu, di awal tahun, banjir terjadi di sejumlah wilayah terutama di kawasan dekat sungai. Hampir seluruh sungai yang melintasi Kota Yogyakarta meluap. Seratus lebih rumah warga yang berada di kanan-kiri sungai tergenang banjir.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami gangguan cuaca jangka pendek yang menyebabkan meningkatnya curah hujan dalam waktu tiga hingga lima hari mendatang.

"Gangguan cuaca jangka pendek ini menyebabkan hujan dengan intensitas sangat tinggi, seperti yang terjadi pada Minggu (1/1) malam," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Yogyakarta Toni Agus Wijaya di Yogyakarta, Senin lalu.

BMKG mencatat intensitas curah hujan yang terjadi merata di wilayah Provinsi DIY pada Minggu (1/1) dari pukul 16.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB itu mencapai 118 milimeter per 24 jam.

Saluran air yang kondisinya kurang baik, menurut dia menjadi penyebab terjadinya genangan air hujan di sejumlah wilayah di Kota Yogyakarta, serta meluapnya sejumlah sungai.

Toni mengatakan gangguan cuaca jangka pendek tersebut terjadi karena adanya daerah di DIY dengan tekanan udara rendah yang menyebabkan angin yang membawa uap air menuju wilayah itu, dan memicu meningkatnya curah hujan.

Gangguan cuaca jangka pendek tersebut, menurut dia berlangsung tiga hingga lima hari, dan setelah itu akan normal kembali. "Gangguan cuaca jangka pendek tidak dapat diprediksikan jauh-jauh hari sebelumnya, dan baru bisa diprediksikan sekitar tiga hari sebelum terjadi," katanya.

Ia mengatakan dari pola persebaran angin di wilayah DIY, maka potensi hujan seperti yang terjadi pada Minggu (1/1) lalu masih mungkin terjadi lagi. "Dalam beberapa hari mendatang, potensi hujan lebat masih ada. Tetapi mungkin intensitasnya tidak akan selebat kemarin," katanya.

Menurut dia, secara umum wilayah DIY telah memasuki musim hujan, dan akan mencapai puncaknya pada akhir Januari hingga Februari mendatang. "Diperkirakan, intensitas hujan saat puncak musim hujan bisa mencapai 150 milimeter per dasarian, hingga 200 milimeter per dasarian," katanya.


150 rumah terendam

Sekitar 150 rumah yang berada di dekat bantaran sejumlah sungai terendam luapan air akibat hujan deras yang mengguyur Kota Yogyakarta sejak Minggu sore hingga malam.

Berdasarkan data dari Pusat Pengendali Operasional Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Daerah (BKPBD) Kota Yogyakarta, sebanyak 152 rumah di bantaran Sungai Belik terendam air.

"Rumah-rumah itu berada di RW 1, 2 dan 3 Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman. Luapan air sungai itu disebabkan adanya tanggul yang jebol," kata petugas Pusat Pengendali Operasional BKPBD Kota Yogyakarta Sunarno.

Selain itu, sembilan rumah di Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen juga terendam air yang meluap dari Sungai Winongo. Satu MCK mengalami kerusakan total. Luapan air Sungai Winongo juga merendam beberapa rumah warga di Serangan.

Sebelumnya, juga dilaporkan satu rumah yang berada di RT 55 Kelurahan Bangunrejo Kecamatan Tegalrejo juga ambrol akibat terkena luapan air Sungai Buntung.

Sebuah dapur rumah milik Bapak Jupali yang berada di RT 36 RW 9 Kelurahan Pandeyan Kecamatan Umbulharjo terbawa arus air luapan Sungai Gadjah Wong. Luapan air dari Sungai Gadjah Wong juga merendam beberapa rumah di RT 7, 36 dan 38 Kelurahan Pandeyan.

Sementara itu, warga Gemblakan Bawah berusaha untuk memompa luapan air Sungai Code yang sudah masuk ke permukiman warga.

Camat Tegalrejo Maryustion Tonang mengatakan dengan meluapnya Sungai Buntung, maka warga harus diungsikan ke tempat yang aman. "Yang saat ini sudah terdata adalah warga RW 6 dan RW 9. Mereka diminta mengungsi sekitar pukul 20.00 WIB karena air sudah masuk ke permukiman dengan ketinggian bervariasi," katanya.

Sekretaris BKPBD Kota Yogyakarta Sudarsono mengatakan luapan air sejumlah sungai di Kota Yogyakarta terjadi akibat hujan deras yang mengguyur wilayah ini sejak pukul 16.00 WIB, Minggu (1/1), dan belum reda hingga pukul 21.00 WIB. "Bagi yang mengungsi masih terus didata. Tetapi bantuan logistik sudah dikirim ke warga yang membutuhkan," katanya.

Selain merendam rumah warga di dekat bantaran sungai, hujan deras itu juga menyebabkan sejumlah ruas jalan tergenang air, di antaranya Jalan Timoho, Jalan Kenari, dan di sekitar Terminal Giwangan, serta di Jalan Batikan.


5.000 bronjong antisipasi banjir

Pemerintah Provinsi DIY akan memasang 5.000 bronjong, dan memperbaiki saluran air, sebagai salah satu upaya mengantisipasi banjir di wilayah ini.

"Upaya antisipasi penting dilakukan, mengingat intensitas hujan selama Januari hingga Februari nanti diperkirakan cukup tinggi," kata Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta.

Menurut dia, hal tersebut dilakukan bersama dengan instansi terkait dari Dinas Pekerjaan Umum dan Energi Sumber Daya Mineral (PUESDM), serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi ini.

Selain itu, juga telah dilakukan pemetaan lokasi banjir dari wilayah Kabupaten Sleman hingga Bantul sebagai langkah lebih lanjut dan mendesak.

"Penyusuran kami lakukan untuk mengamankan permukiman warga, di mana yang harus dipasangi bronjong, atau diperbaiki saluran air dan irigasinya," katanya.

Gubernur mengatakan relokasi sementara warga yang tempat tinggalnya kebanjiran pada Minggu (1/1) lalu sudah dilakukan, dan kini sebagian besar warga sudah kembali ke rumah masing-masing. "Warga yang mengungsi sudah kembali, dan banjir sudah surut, sehingga mungkin akan segera dipasangi bronjong, karena banjir hanya murni air, bukan lahar dingin," katanya.

Menurut Sultan, banjir yang terjadi Minggu (1/1) lalu disinyalir disebabkan salah satu sungai di wilayah Godean, Kabupaten Sleman, ditutup karena air digunakan untuk irigasi pertanian. Namun, karena hujan cukup deras dan berlangsung lama, menyebabkan permukiman warga di sekitar lokasi itu tergenang.

"Banjir terjadi karena pintu airnya ditutup, sehingga air menggenangi permukiman warga yang selama ini tidak pernah banjir. Jadi, air meluap ketika pintu air dibuka dan volume air besar," katanya.

Ia mengatakan DIY tidak mengalami permasalahan dalam anggaran untuk penanganan bencana, seperti banjir, termasuk untuk ganti rugi yang sedang dibicarakan dengan instansi terkait. "Jadi, penyediaan dana tanggap bencana di DIY tidak ada masalah," kata Sultan.

Sementara itu, menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Energi, dan Sumber Daya Mineral (PUESDM) Provinsi DIY Rani Syamsinarsi, sebanyak 5.000 bronjong akan dipasang di beberapa ruas sungai di wilayah provinsi ini yang terdampak banjir.

"Bronjong tersebut diharapkan dapat mengurangi limpasan air hujan maupun material lahar dingin yang akan masuk ke permukiman warga di sekitar sungai," katanya.

Ia menyebutkan bronjong akan mulai dipasang pekan ini. Dari 5.000 bronjong itu, sebanyak 3.500 bronjong untuk sungai di wilayah Kabupaten Bantul, 200 bronjong untuk sungai di Kabupaten Sleman, dan 1.300 bronjong untuk sungai di Kota Yogyakarta.

"Pekan ini sudah dimulai pengadaan bronjong. Dari stok yang ada dipasang di semua sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Beberapa sungai yang hulunya tidak di Gunung Merapi juga disiapkan, karena memiliki beban air hujan yang cukup besar," kata Rani.


Nilai kerugian Rp2,1 miliar

Nilai kerugian akibat banjir yang disebabkan luapan sejumlah sungai yang mengalir di wilayah Kota Yogyakarta pada Minggu (1/1) lalu mencapai Rp2,1 miliar, dihitung berdasarkan data sementara kerusakan talud.

"Hasil hitungan sementara, nilai kerugian akibat banjir pada Minggu lalu sekitar Rp2,1 miliar. Angka itu diperoleh berdasarkan kerusakan talud sepanjang 400 meter di sejumlah sungai," kata Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta Toto Suroto di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, pihaknya masih terus melakukan penghitungan kerusakan-kerusakan infrastruktur lain akibat banjir besar yang terjadi pada awal 2012.

Ia mengatakan biaya untuk perbaikan talud tersebut akan dimintakan dari dana "on call" Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DIY. "Saat ini, dana dari BPBD DIY itu tidak hanya bisa digunakan untuk penanggulangan bencana di Sungai Code, tetapi bisa juga digunakan untuk sungai-sungai lainnya," katanya.

Kepala Seksi Pengairan Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta Aki Lukman mengatakan terdapat sekitar 14 titik kerusakan talud yang tersebar di lima sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Gadjah Wong, Sungai Code, Sungai Belik, dan Sungai Buntung.

"Kami sudah mengirimkan 120 bronjong yang akan digunakan untuk perbaikan talud Sungai Winongo di Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen," katanya.

Saat ini, menurut dia, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah masih memiliki cadangan 1.000 bronjong yang bisa digunakan sewaktu-waktu apabila dibutuhkan masyarakat.

Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Daerah (BKPBD) Kota Yogyakarta Eko Suryo Maharso menegaskan perlu segera dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

"Jika Kota Yogyakarta sudah memiliki BPBD sendiri, maka harapannya penanggulangan bencana akan lebih cepat ditangani. Selama ini, untuk penanggulangan bencana masih harus tergantung pada BPBD DIY," katanya.

Ketua DPRD Kota Yogyakarta Henry Koencoroyekti mengatakan akan memprioritaskan pembahasan Raperda BPBD pada triwulan pertama 2012, sehingga pada akhir semester pertama, prolegda itu sudah dapat diselesaikan. "Tetapi, kami berharap pemerintah kota proaktif untuk memperlancar pembahasan raperda ini," katanya.

(M008)

Oleh Masduki Attamami
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012