Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta hunian tetap bagi korban terdampak erupsi Gunung Semeru, yang sudah selesai dibangun dan telah dihuni, di Lumajang, Jawa Timur, tidak dijual oleh warga.

"Saya minta jangan dijual," kata Wapres usai meninjau hunian tetap dan hunian sementara di Desa Sumber Mujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Kamis.

Wapres mengatakan masyarakat terdampak erupsi Gunung Semeru sudah merasa betah tinggal dengan fasilitas dan lingkungan di hunian tetap tersebut, sehingga sebaiknya warga tetap berada di sana.

Ma'ruf Amin juga memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam pembangunan hunian tetap dan hunian sementara bagi korban erupsi Gunung Semeru.

"Saya menyampaikan terima kasih kepada Kepala BNPB, Kementerian PUPR, pemerintah daerah, semua yang telah bekerja sama, sehingga upaya memberikan tempat tinggal untuk para korban erupsi Semeru dapat terlaksana dengan baik," ujarnya.

Baca juga: Wapres Ma'ruf ke Jatim tinjau hunian hingga menapak tilas ponpes

Saat ini, hunian tetap yang berjumlah 1.951 unit untuk korban erupsi Gunung Semeru sudah selesai dibangun seluruhnya. Terkait hunian sementara, pembangunan yang sudah selesai sebanyak 437 unit dari target 1.951 unit; sedangkan sebanyak 441 unit sedang dalam proses penyelesaian dan 130 unit sudah dihuni warga.

Wapres menginstruksikan pembangunan hunian sementara selesai dalam waktu tiga bulan ke depan, sehingga lebih banyak masyarakat yang bisa tertampung.

Sementara itu, salah satu warga penghuni hunian tetap bernama Junaidi mengatakan kepada Wapres bahwa dirinya merasa nyaman tinggal di sana. Dia juga berterima kasih atas upaya Pemerintah menyediakan hunian bagi masyarakat terdampak erupsi Gunung Semeru.

Junaidi juga berharap pembangunan fasilitas tambahan di sekitar hunian, seperti pasar, sekolah, puskesmas, dan masjid, dapat segera selesai.

Baca juga: Wapres Ma'ruf tinjau pembangunan hunian korban erupsi Semeru
Baca juga: Khofifah target penyintas bencana Semeru huni huntara sebelum Lebaran

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022