Milan/Shanghai (ANTARA) - Pasar saham global sebagian besar stabil pada perdagangan Kamis, setelah pelemahan baru-baru ini karena penurunan harga minyak di tengah taruhan Arab Saudi dapat meningkatkan produksi yang membantu menyeimbangkan kekhawatiran atas lonjakan inflasi dan pengetatan kebijakan moneter.

Indeks acuan MSCI untuk saham global turun tipis 0,05 persen pada pukul 08.16 GMT, dibantu oleh kenaikan pagi di Eropa yang hampir mengimbangi kelemahan sebelumnya di Asia di mana investor tertekan oleh kekhawatiran atas inflasi yang tinggi dan ancaman resesi.

Pasar derivatif menunjukkan ke awal yang positif kemudian di Amerika Serikat menyusul kerugian pada Rabu (1/6/2022) ketika data ekonomi gagal meredakan kecemasan atas kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi.

Minyak mentah turun sebanyak 3,0 persen menjelang pertemuan produsen OPEC+ hari ini, dan setelah Financial Times melaporkan Saudi siap untuk meningkatkan produksi jika produksi Rusia turun secara substansial karena sanksi Barat.

"Tidak satu pun dari itu akan mengurangi kemacetan/kegentingan penyulingan yang menyebabkan harga bensin dan solar melonjak secara global, tetapi itu akan menjadi berita baik yang langka bagi ekonomi global dan perang inflasi," kata analis OANDA Jeffrey Halley.

"Tentu saja bukan kepentingan OPEC untuk mengirim dunia ke dalam resesi," tambahnya.

Dua sumber OPEC+ mengatakan bahwa organisasi tersebut sedang berupaya menebus penurunan produksi minyak Rusia yang telah turun sekitar satu juta barel per hari sebagai akibat sanksi Barat terhadap Moskow atas invasinya di Ukraina.

Indeks STOXX 600 pan-Eropa naik 0,4 persen, meskipun volume diperkirakan akan melemah karena pasar London tutup untuk liburan perayaan Platinum Jubilee Ratu Elizabeth.

Di Amerika Serikat, S&P 500 dan Nasdaq berjangka masing-masing naik 0,3 persen dan 0,5 persen.

Di Asia, saham-saham mengikuti pelemahan Rabu (1/6/2022) di Wall Street, tergelincir untuk sesi kedua berturut-turut, di tengah kekhawatiran atas inflasi yang tinggi dan ancaman resesi.

Sebuah survei baru tentang aktivitas pabrik Korea Selatan menunjukkan pertumbuhan yang melambat pada Mei karena pesanan impor dan ekspor menyusut, indikator terbaru dari kesengsaraan manufaktur global.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,9 persen. KOSPI Seoul turun 1,0 persen dan di Tokyo, Nikkei tergelincir 0,2 persen.

Kekhawatiran investor atas inflasi dan resesi telah memburuk di tengah ketidakpastian yang disebabkan oleh laju kenaikan suku bunga Federal Reserve AS, dampak perang Rusia-Ukraina pada harga pangan dan komoditas, dan kendala rantai pasokan yang diperburuk oleh pembatasan ketat COVID-19 di China. .

Patokan global minyak mentah Brent turun 2,1 persen menjadi diperdagangkan di 113,8 dolar AS per barel menjelang pertemuan OPEC+ dan harga minyak mentah AS turun 2,5 persen menjadi diperdagangkan di 112,75 dolar AS.

Carlos Casanova, ekonom senior Asia di Union Bancaire Privee di Hong Kong, mengatakan bahwa peningkatan produksi Saudi dapat membuat harga minyak stabil di sekitar 100-110 dolar AS per barel.

Indeks dolar turun 0,3 persen menjadi 102,24, membalikkan sebagian dari kenaikan Rabu (1/6/2022). Itu membantu euro naik 0,4 persen menjadi 1,069 dolar, menyusul kerugian dua hari.

Franc Swiss mencapai level tertinggi satu bulan terhadap euro setelah inflasi Swiss melonjak ke level tertinggi dalam 14 tahun pada Mei karena transportasi, makanan dan minuman menjadi lebih mahal.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah 10-tahun Jerman mencapai tertinggi baru 8-tahun di 1,216 persen, karena data inflasi minggu ini mendorong ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa mungkin bergerak lebih cepat dalam kebijakan pengetatan. Mereka terakhir naik 2,8 basis poin pada hari itu.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun stabil di 2,9149 persen dan imbal hasil obligasi dua tahun naik 1,6 basis poin menjadi 2,6641 persen.

Imbal hasil yang lebih rendah dan penurunan dolar AS membuat harga emas tetap didukung. Emas spot naik 0,3 persen pada 1.851,60 dolar AS per ounce.

Baca juga: Wall St melemah, data ekonomi gagal redakan kecemasan suku bunga naik
Baca juga: IHSG relatif stagnan di tengah kekhawatiran inflasi tinggi
Baca juga: Asing keluar dari ekuitas Asia untuk bulan ke-5 beruntun pada Mei 2022

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022