Jakarta (ANTARA) - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengharapkan teknologi dan pengalaman Belanda untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan kota tangguh bencana dan mengelola sumber daya air secara terpadu dan cerdas.

Basuki melalui keterangan tertulis diterima di Jakarta, Sabtu, mengatakan ia dan Menteri Infrastruktur dan Sumber Daya Air Kerajaan Belanda Mark Harbers telah menekan nota kesepahaman untuk kerja sama sumber daya air tahap 5.

Kesepakatan antara dua kolega tersebut dilakukan di Den Haag, Belanda, pada Jumat (3/6) waktu setempat.

“Saya menantikan kehadiran teknologi dan pengalaman Belanda untuk pengembangan kota tangguh bencana, pengelolaan air terpadu dan cerdas (integrated smart water management), tata kelola air dan pembangunan dataran rendah, (low land development),” kata Basuki.

Kerja sama Indonesia dengan Belanda di bidang sumber daya air, kata Basuki, telah berjalan sejak 2000 dan terus berjalan semakin kuat untuk mendukung pengelolaan sumber daya air sebagai prioritas yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan Proyek Strategis Nasional (PSN).

Baca juga: Menteri PUPR sebut sumber daya air kunci pembangunan berkelanjutan

Basuki juga mengundang Harbers untuk hadir pada World Water Forum (WWF) 2024 di Bali. WWF atau Forum Air Dunia yang mengusung tema “Water for Shared Prosperity” menjadi momentum yang tepat untuk mengakselerasi pencapaian Sasaran Pembangunan Berkelanjutan di bidang keairan, serta untuk menjawab berbagai tantangan terkait ketahanan pangan termasuk pemanfaatan lahan rawa di luar pulau Jawa, ketahanan energi, dan ketahanan iklim.

Ia juga mengharapkan dukungan Belanda untuk menyediakan instruktur pendidikan vokasional di Politeknik Pekerjaan Umum di Semarang.

"Saya ingin para pelajar dapat menguasai keahlian spesifik yang bersifat praktikal dan siap memasuki dunia kerja," kata Basuki.

“Kami sangat senang MoU Indonesia dan Belanda di bidang sumber daya air akhirnya bisa ditandatangani karena sudah lama kita tunggu dan belum bisa direalisasikan karena pandemi COVID-19. Saya yakin ini bisa lebih memperkuat dan mempererat kerjasama Indonesia dan Belanda,” Basuki menambahkan.

Sebelum bertemu dengan Harbers, Basuki juga melakukan pertemuan dengan CEO Global Center of Adaptation (GCA) Patrick Verkooijen. Pada pertemuan ini, Basuki mengundang tim advance GCA untuk datang ke Indonesia pada akhir Juni 2022 guna membahas rencana program aksi konkrit dengan tim Kementerian PUPR.

“Kami akan usulkan kepada Presiden RI untuk masuk dalam salah satu agenda G20 di Bali, di mana faktor adaptasi terhadap perubahan iklim adalah sentral dalam setiap penetapan kebijakan dan program pembangunan sehingga memiliki nilai dan dampak nyata bagi ekonomi,” kata Basuki.

Turut mendampingi Menteri Basuki, Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda Mayerfas, Inspektur Jenderal PUPR T Iskandar, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan Endra S Atmawidjaja dan Pakar Tata Air Arie Setiadi Moerwanto.

Baca juga: Pemkot Palu orientasikan program kota tangguh bencana

Baca juga: Banda Aceh bertekad jadi kota tangguh bencana


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022