Seoul (ANTARA) - Dunia akan menanggapi dengan keras jika Korea Utara menguji coba senjata nuklirnya, kata Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman, Selasa.

Menurut dia, uji coba nuklir melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan akan direspons oleh negara-negara lain.

"Saya percaya bukan hanya ROK dan Amerika Serikat dan Jepang, tapi juga seluruh dunia akan menanggapinya dengan keras dan jelas," kata Sherman.

Dia mengatakan hal itu dalam jumpa pers usai berbicara dengan mitranya dari Korsel, Cho Hyun-dong, di Seoul.

ROK atau Republic of Korea adalah nama resmi Korsel.

"Kami siap dan kami akan melanjutkan diskusi trilateral kami (dengan Korsel dan Jepang) besok," katanya, menambahkan.

Pernyataan Sherman muncul setelah angkatan bersenjata Korsel dan AS meluncurkan delapan rudal darat-ke-darat pada Senin di pantai timur Korsel.

Peluncuran itu dilakukan sebagai respons atas uji coba rudal balistik jarak pendek yang dilakukan Korut pada Minggu.

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah AS dan Korsel, serta sejumlah pakar mengatakan bahwa ada tanda-tanda pembangunan konstruksi baru di situs pengujian nuklir Punggye-ri milik Korut.

Mereka juga mengatakan bahwa Pyongyang dapat segera melakukan uji coba bom nuklir. Korut belum menguji lagi bom nuklirnya sejak 2017.

Kepala Badan Energi Atom Internasional Rafael Grossi pada Senin mengatakan proyek perluasan fasilitas nuklir utama milik Korut di Yongbon terus berjalan.

Korut berjuang menghadapi wabah COVID-19 dalam sebulan terakhir. Hingga Senin, tercatat ada sekitar 4,2 juta penduduk di sana yang mengalami gejala demam.

Negara terisolasi itu belum pernah melaporkan berapa banyak orang yang terbukti positif melalui tes COVID.

Para pengamat mengatakan angka yang dilaporkan bisa saja lebih sedikit dari angka sebenarnya.

Korut sejauh ini menolak bantuan dari AS dan Korsel, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan situasi COVID di negara itu terus memburuk.

"...tetapi kami berharap (pemimpin Korut) Kim Jong Un akan fokus membantu rakyatnya mengatasi tantangan COVID-19… dan akan kembali ke meja perundingan ketimbang melakukan tindakan provokatif dan berbahaya serta memicu ketidakstabilan (di kawasan)," kata Sherman.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2022