Damaskus (ANTARA News) - Sebanyak sembilan orang, termasuk seorang wartawan Prancis, tewas dan puluhan orang lagi cedera, Rabu sore (11/1), setelah satu kelompok pria tak dikenal yang bersenjata menembaki kerumunan orang di Provinsi Homs di Suriah tengah.

Menurut laporan sebelumnya, jumlah korban jiwa delapan.

Kantor berita resmi Suriah, SANA, Rabu sore, melaporkan pelaku teror menembakkan mortir ke sekelompok wartawan asing yang sedang memeriksa permukiman Ekrima di kota Homs, ibu kota Provinsi Homs, tempat krisis yang terjadi selama berbulan-bulan di Suriah.

Di antara korban tewas terdapat Gilles Jacquier, wartawan dari stasiun televisi Prancis France 2. Sementara itu, seorang wartawan Belgia, yang menderita luka parah, dibawa ke rumah sakit setempat bersama dengan korban lain yang cedera. Media lokal belum memberi perincian jumlah korban lain yang tewas dan cedera, tapi menyatakan sejumlah warga sipil juga diserang.

Gubernur Homs, Ghassan Abdul-Al mengatakan melalui telefon kepada Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis-- serangan itu terjadi saat sekumpulan warga setempat "sedang memberi kesaksian mengenai kejadian di Homs kepada wartawan asing".

Abdul-Al menyebutnya kejahatan kejam yang ditujukan kepada warga sipil dan wartawan. Tapi ia juga menjelaskan bahwa sekelompok wartawan asing pergi atas kemauan sendiri ke Homs dan meminta diperkenankan bergerak secara bebas tanpa perlindungan dari pemerintah.

Kementerian Penerangan Suriah, Rabu malam, menyampaikan penyesalan dan kesedihan yang mendalam sehubungan dengan serangan yang mematikan tersebut. Kementerian itu mengutuk peristiwa tersebut, dan menyatakan serangan itu terjadi dalam konteks upaya teroris untuk menutupi gambaran sesungguhnya mengenai apa yang terjadi di Suriah, kata SANA.

Di Paris, Menteri Luar Negeri Prancis Alain Jupe segera mengutuk dengan sangat keras terbunuhnya Jacquier, wartawan pertama Barat yang tewas di Suriah sejak kerusuhan meletus pada Maret tahun lalu.

"Kami dengan keras mengutuk aksi kejam ini," kata Juppe dalam satu pernyataan. Ditambahkannya, "Kami menuntut dilakukannya penyelidikan sehingga keadaan tragedi ini dapat dijelaskan."

Juppe mendesak pemerintah Suriah agar melaksanakan kewajibannya dalam melindungi wartawan asing di negeri itu, dan menyatakan duta besar Prancis di Damaskus akan segera tiba di tempat kejadian.

Homs, kota terbesar ketiga di Suriah dan tempat tinggal sebanyak 800.000 orang, telah menyaksikan bentrokan paling sengit antara tentara yang setia kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad dan kelompok milisi, yang diduga terdiri atas tentara pembelot Suriah.

Kerusuhan yang terjadi setiap hari menimbulkan kekhawatiran bahwa Homs, salah satu daerah paling bergolak di Suriah, telah bergerak menuju jurang perang saudara.

Pemerintah menyatakan kerusuhan di Suriah dirancang oleh teroris dan gerombolan bersenjata yang mendapat dukungan dari luar negeri.
(C003/A011)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2012