Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi menjelang data persediaan minyak AS, dengan minyak mentah berjangka didukung oleh pasokan yang ketat, dan pulihnya permintaan bahan bakar karena kota-kota besar China melonggarkan pembatasan COVID-19.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 22 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 120,79 dolar AS per barel pada pukul 00.12 GMT setelah ditutup pada level tertinggi sejak 31 Mei pada Selasa (7/6/2022).

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli diperdagangkan di 119,65 dolar AS per barel, naik 24 sen atau 0,2 persen, setelah mencapai penyelesaian tertinggi sejak 8 Maret pada Selasa (7/6/2022).

Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penarikan lain dari persediaan minyak mentah AS dalam data untuk minggu lalu meskipun stok bensin dan sulingan bisa lebih tinggi

Namun, angka dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah dan produk minyak AS naik minggu lalu.

Badani Informasi Energi AS (EIA) akan melaporkan data persediaan AS pada Rabu pukul 14.30 GMT.

Pasokan minyak mentah dan produk minyak global tetap ketat, meningkatkan margin penyulingan diesel Asia ke level rekor, karena sanksi Barat menghambat ekspor dari produsen utama Rusia.

CEO pedagang komoditas global Trafigura mengatakan harga minyak bisa segera mencapai 150 dolar AS per barel dan naik lebih tinggi tahun ini, dengan kehancuran permintaan kemungkinan pada akhir tahun.

Sebagian besar kilang secara global sudah berjalan mendekati kapasitas maksimumnya untuk memenuhi permintaan yang meningkat dari pemulihan pandemi dan mengganti pasokan Rusia yang hilang.

Analis JP Morgan memperkirakan bahwa Rusia telah memangkas sekitar 500.000 hingga 700.000 barel per hari ekspor produk minyaknya karena lebih sulit bagi Moskow untuk memasarkan bahan bakarnya daripada minyak mentah.

"Kecuali jika kapasitas baru Timur Tengah datang lebih cepat dari yang kami harapkan atau China memutuskan untuk menaikkan batas ekspor produknya, kekurangan produk bersih hanya akan bertambah buruk karena permintaan bahan bakar transportasi meningkat selama musim panas di belahan bumi utara," kata mereka dalam sebuah catatan.

Pada Selasa (7/6/2022), China menambah kuota ekspor produk batch pertama yang bertujuan untuk mengurangi persediaan domestik yang tinggi setelah permintaan terhambat oleh penguncian COVID-19, meskipun volume tetap jauh lebih rendah dari tahun lalu.

"Kami tidak melihat dampak yang berarti untuk mengurangi keketatan minyak diesel saat ini tetapi akan mengawasi kemajuan awal dari penyulingan baru seperti Petronas RAPID dan Kuwait Al-Zour," kata analis Citi Oscar Yee dalam sebuah catatan.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022