Jenewa (ANTARA) - Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah badan PBB lainnya pada Selasa (7/6) memberikan peringatan memburuknya situasi keamanan pangan dan gizi di Somalia di tengah kondisi kekeringan yang memburuk.

Mereka mengatakan bahwa negara itu berada di ambang bencana kelaparan yang berdampak fatal.

Etienne Peterschmitt, perwakilan FAO di Somalia, mengatakan pada konferensi pers di Jenewa melalui tautan video bahwa setelah musim hujan yang gagal turun untuk keempat kalinya secara berturut-turut, harga pangan terus melonjak di negara itu dan bantuan kemanusiaan tetap tidak terjangkau bagi jutaan orang di sana.

Keadaan ini adalah "badai yang sempurna untuk kelaparan jika tindakan tidak diambil sekarang," demikian Peterschmitt memperingatkan.
 
Menurut pejabat FAO, analisis terbaru menunjukkan bahwa 7,1 juta orang, atau 45 persen dari total populasi Somalia, berada di Fase 3 (Krisis) dari Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (Integrated Food Security Phase Classification/IPC)


Dari jumlah tersebut, sekitar 2,1 juta orang berada di Fase 4 (Darurat), dan sekitar 213.000 orang berada di Fase 5 (Katastrofe).

Akibat padang rumput dan sumber air yang mengering, sekitar tiga juta ternak di negara itu mati sejak pertengahan 2021 akibat kekeringan dan penyakit.

Menyerukan tindakan segera, El-Khidir Daloum, Direktur Negara Program Pangan Dunia (World Food Program/WFP) di Somalia, menggambarkan situasi di Somalia sebagai yang terburuk dalam empat dekade. 
 
 

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022