Padahal, fungsinya lebih unggul milik kami. Mesin yang dibeli pemerintah tak dapat menggiling sampah dan kapasitasnya lebih kecil,"
Bekasi (ANTARA News) - Mesin pencacah sampah buatan siswa SMKN 1 Kota Bekasi yang memperoleh predikat sebagai karya terbaik se-Jawa Barat kurang memperoleh respon pemerintah setempat untuk dimanfaatkan.

"Mesin ini tercipta di tahun 2006 dan sempat dipamerkan dalam Pameran Teknologi Pendidikan Jawa Barat pada tahun 2007. Hasilnya, mesin ini dianugerahi sebagai juara pertama di antara karya-karya lain yang dipamerkan," kata Kepala SMKN 1 Kota Bekasi, I Made Supriatna, di Bekasi, Jumat.

"Idenya berupa pembuatan mesin pencacah sampah yang dikerjakan siswa program studi permesinan di bawah bimbingan pengajarnya," katanya.

Awalnya, harga  mesin itu  Rp9 juta/unit sehingga tak terjangkau konsumen di tingkat rumah tangga. Situasi itu mendorong para siwa melakukan serangkaian modifikasi alat demi perbaikan hasil akhir mesin yang lebih baik lagi. Di antaranya dengan memperkecil dimensi mesin agar lebih sederhana.

Jika semula hanya dapat mencacah plastik, kini dapat pula memproses sampah organik hingga menghasilkan kompos. Bentuk mesinnya pun dimodifikasi menjadi lebih kecil sehingga bisa dipindah-pindahkan.

"Modifikasinya kami buat yang portabel dengan konstruksi lebih sederhana tapi kapasitasnya sama," ujarnya.

Dalam satu jam pengoperasian, mesin dapat memproses satu kuintal plastik hingga dapat menjadi hasil gilingan yang bisa dijual kembali. Demikian pula dengan produksi kompos.

Menurut Mulyana, pengajar program studi permesinan, hasil modifikasi mesin telah terjual tiga unit pada konsumen di Sukabumi dan Tasikmalaya.

Namun, di kampung halamannya sendiri, mesin pencacah sampah belum dipergunakan. Pemerintah Kota Bekasi menurut Mulyana malah membeli mesin pencacah lain dalam jumlah besar.

"Padahal, fungsinya lebih unggul milik kami. Mesin yang dibeli pemerintah tak dapat menggiling sampah dan kapasitasnya lebih kecil," demikian Mulyana.
(ANT)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012