bertujuan mengembalikan atau mengkonservasi ekosistem flora dan fauna endemik
Sawahlunto (ANTARA) - Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, yang dinamai 'Taman Kehati Emil Salim' dimulai pembangunannya yang ditandai dengan penanaman sejumlah pohon, Rabu.
 
Direktur Eksekutif Yayasan Kehati Riki Frindos, di Sawahlunto, Rabu, menjelaskan Taman Kehati merupakan kawasan pencadangan sumber daya alam hayati lokal di luar kawasan hutan yang mempunyai fungsi konservasi in situ atau ex situ.
 
"Melalui Taman Kehati Sawahlunto ini bertujuan mengembalikan atau mengkonservasi ekosistem flora dan fauna endemik (keberadaannya unik di suatu wilayah dan tidak ditemukan di wilayah lain secara alami). Ada banyak manfaat dari pulihnya ekosistem tersebut, salah satunya yakni memperkuat dan memperkaya tanah, kemudian sumber oksigen, setelah itu berperan dalam menyerap gas rumah kaca," ujarnya.
 
Disebutkan Riki, keistimewaan Taman Kehati Emil Salim Sawahlunto yang memiliki luas lahan 25 hektare di kawasan Kandi itu adalah merupakan taman Kehati pertama dan satu-satunya yang berdiri di atas lahan bekas pertambangan batubara.
 
"Pembangunan taman Kehati Emil Salim Sawahlunto dimulai sekarang dengan dukungan dana sebesar lima miliar rupiah dari Yayasan Kehati. Dibangun sekarang itu dalam tiga tahun sudah bisa dikunjungi dan dimanfaatkan, sambil nanti terus ditambah dan disempurnakan pembangunannya," kata dia.

Baca juga: Hutan Pelawan Namang benteng terakhir hewan endemik
 
Ia menyampaikan di Taman Kehati Emil Salim Sawahlunto dibagi dalam sejumlah klaster (pengelompokan) antara lain klaster tanaman buah, klaster tanaman bambu, klaster tanaman rempah dan beberapa klaster lainnya.
 
"Taman Kehati Emil Salim Sawahlunto ini paling sedikit akan menampung sekitar 9.600 hingga 10.000 pohon. Luasan zona alam di taman tersebut nantinya lebih banyak diperuntukkan bagi pendidikan, kebudayaan dan kegiatan ekonomi lokal," katanya.
 
Wali Kota Sawahlunto Deri Asta menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Yayasan Kehati yang telah mempercayai dan membantu Sawahlunto untuk membangun taman keanekaragaman hayati.
 
"Sebagai satu-satunya taman Kehati yang berdiri di kawasan bekas lahan pertambangan batubara, ini menjadi bukti bahwa dengan komitmen dan sinergi bersama lahan tambang itu masih bisa dimanfaatkan," kata dia.
 
Ia menyebut taman Kehati itu akan bernilai besar dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.
 
"Ini bukan sekedar taman, yang biasanya bermanfaat hanya untuk rekreasi. Namun Taman Kehati Emil Salim Sawahlunto akan menjadi ekowisata terpadu yang berkelanjutan, dimana di dalamnya mencakup manfaat pendidikan, manfaat pelestarian alam/ekosistem dan tentu saja manfaat ekonomi," katanya.

Baca juga: Yayasan Kehati dorong pengembangan taman Kehati di daerah-daerah
 
Dalam rangka memperkaya tanaman maupun sarana pendukung di Taman Kehati Emil Salim Sawahlunto, Wali Kota Sawahlunto Deri Asta mengajak berbagai pihak terutama perusahaan baik BUMN maupun BUMD untuk berkontribusi membantu melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
 
Sementara itu, dikutip dari website resmi Yayasan Kehati, Manajer Ekosistem Hutan Yayasan Kehati Rio R. Bunet mengatakan pihaknya melibatkan konsultan ahli vegetasi yang berasal dari Badan Riset dan Inovasi (BRIN) untuk membangun Taman Kehati Sawahlunto itu.
 
"Tim tersebut telah melakukan survei dan meneliti vegetasi di Sawahlunto. Beberapa spesies lokal tumbuh alami sebagai tumbuhan pioneer di wilayah tersebut, di antaranya kelayu hitam (Arytera littoralis), Paku hijau (Blechnum orientale), Kanderi (Bridelia monoica), dan lainnya," ujarnya.
 
Menurut dia, spesies-spesies tumbuhan yang ditemukan tersebut akan diperbanyak melalui kebun bibit di taman Kehati Emil Salim Sawahlunto itu

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022