Jakarta (ANTARA) - Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mengatakan Indonesia akan menguasai teknologi baterai listrik dalam beberapa waktu ke depan.

Menurut dia, peresmian pabrik baterai mobil listrik oleh Presiden Joko Widodo di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah, Rabu (8/6/2022), turut menandai upaya pemerintah mengakselerasi pertumbuhan industri baterai listrik di Indonesia.

"Peresmian itu merupakan indikasi untuk meningkatkan elektrifikasi sekaligus mengurangi impor BBM dan menurunkan emisi karbon, sebab 27 persen emisi sektor energi disumbangkan sektor transportasi," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk "Ambisi Industri Baterai Listrik Indonesia" yang ditayangkan di salah satu televisi nasional, Satya mengatakan mengacu pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) pemanfaatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) ditargetkan akan mendorong pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk 2.200 unit mobil listrik dan 2,1 juta unit sepeda motor listrik pada 2025.

"Dengan demikian, industri baterai perlu diperkuat, salah satunya dengan menciptakan ekosistem pembangunan industri baterai yang terintegrasi dari hulu ke hilir," tambahnya.

Baca juga: Presiden Jokowi resmikan tahap kedua industri baterai listrik Batang

Menurut Satya, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan variasi mineral yang beragam sebagai nilai tambah dan kelebihan untuk menarik investasi.

"Negara kita memiliki sumber mineral yang luar biasa. Tinggal bagaimana meningkatkan nilai rantai pasok supaya pemrosesan nikel bisa dilakukan di dalam negeri," ujar lulusan Cranfield University ini.

Untuk itu, lanjut Satya, kemudahan berinvestasi di Indonesia dinilai perlu ditingkatkan.

Senada dengan hal tersebut Pengamat Energi Kurtubi menilai langkah pemerintah dalam mendorong investasi sudah tepat untuk mengembangkan industri baterai.

Menurut dia, era kendaraan listrik tidak bisa dihindari dan permintaan global juga akan terus meningkat sejalan dengan transisi energi.

Meski demikian, Satya menyoroti hambatan-hambatan teknologi yang masih dijumpai. Oleh karena itu, DEN turut mendorong riset-riset dari universitas guna mengembangkan teknologi yang digunakan saat ini sebagai langkah proteksi pasar agar tidak dikuasai asing.

Baca juga: Bahlil: Indonesia selangkah lagi jadi produsen baterai listrik dunia
Baca juga: Konsorsium LG akan produksi 3,5 juta unit baterai kendaraan listrik
 

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022