Purworejo (ANTARA News) - Tanah bergerak yang diikuti retak memanjang di Dusun Silo dan Krajan, Desa Tegalsari, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, mengakibatkan 49 bangunan rumah dan sebuah masjid rusak parah.

Kepala Desa Tegalsari Urip Suyono di Purworejo Kamis mengatakan, akibat kejadian tersebut 189 jiwa warga dua dusun tersebut mengungsi ke tempat saudara maupun tetangga.

Ia mengatakan, kerusakan terparah di Dusun Silo RT 02 RW 01 mengakibatkan 39 rumah dan bangunan masjid rusak, sedangkan di Dusun Krajan 10 rumah rusak.

"Tanah mulai bergerak sejak Selasa (17/1) malam sekitar pukul 00.00 dan Rabu pagi semua warga sudah diungsikan. Bangunan rumah tidak memungkinkan untuk ditempati lagi," katanya.

Ia menyebutkan, Desa Tegalsari dihuni sebanyak 1.734 keluarga atau 5.800 jiwa lebih, tersebar di empat dusun, yakni Gubyakan, Teges, Krajan, dan Silo.

Kaur Pemerintahan Desa Tegalsari, Ponco Daryanto, mengatakan, retakan tanah pernah terjadi tahun 1983, namun kondisinya tidak separah tahun ini yang menyebabkan tanah turun hingga 60 centimeter di beberapa titik.

Luas lahan dalam radius tanah bergerak itu mencapai sembilan hektar. Warga sudah melakukan upaya tanggap bencana dengan mengosongkan rumah hingga menyelamatkan perabot rumah tangga untuk dievakuasi.

"Saat ini warga tidak berani tinggal dirumah, dusun ini sudah seperti dusun mati, listrik dipadamkan dan paling warga hanya sebatas melakukan ronda malam bergiliran untuk melakukan pemantauan dan mengamankan harta atau ternak yang tidak mungkin diungsikan," katanya.

Ia mengatakan, berdasarkan pendataan sementara dengan perhitungan kerusakan bangunan rumah kerugian diperkirakan mencapai Rp1,2 miliar.

Seorang korban, Ahmad Sujak (47), mengatakan, pergerakan tanah hingga sekarang masih terasa dengan jelas, terlihat secara kasat mata dengan penambahan rongga rekahan dan turunnya lapisan tanah.

"Lantai rumah retak-retak dan posisi rumah sedikit demi sedikit miring maka kami tidak berani lagi menempati, hanya siang hari jika tidak hujan kami datang sekadar melihat perkembangan," katanya.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012