Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Pelaksana tugas Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko mengatakan kearifan lokal Suku Tengger menjadi penunjang utama wisata di Gunung Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

"Perlu disadari saat ini pariwisata sudah menjadi kebutuhan primer. Agar potensi wisata diminati, maka harus memiliki keunikan-keunikan," katanya saat menghadiri ritual Mendak Tirta (pengambilan air suci) jelang Yadnya Kasada di Probolinggo, Senin.

Ritual pengambilan air suci di air terjun Madakaripura di Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo menjadi prosesi awal peringatan Yadnya Kasada warga Suku Tengger di kawasan Gunung Bromo.

Baca juga: Warga Suku Tengger gelar ritual Mendak Tirta jelang Yadnya Kasada

Pemangku adat setempat tetap membatasi jumlah masyarakat Tengger yang mengikuti ritual tersebut, meskipun pemerintah tengah melonggarkan penerapan protokol kesehatan agar ritual Mendak Tirta dapat berlangsung dengan lebih khidmat.

Berbeda dengan tahun tahun sebelumnya, ritual Mendak Tirta kali ini dihadiri oleh Plt Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko bersama Ketua DPRD Jawa Timur Kusnadi yang disambut hangat oleh para Romomangku dan segenap warga Tengger.

"Wisata Gunung Bromo boleh saja semakin maju dengan berbagai inovasinya, akan tetapi budaya Tengger tidak boleh berubah. Kearifan lokal masyarakat Tengger adalah penunjang utama wisata Gunung Bromo," tuturnya.

Menurutnya adat dan budaya Tengger di wilayah Gunung Bromo tidak hanya berpusat di Kecamatan Sukapura saja, tetapi juga berada di kecamatan sekitarnya, sehingga hal itu merupakan kekayaan yang harus dirawat dan dijaga agar destinasi wisata Gunung Bromo tetap digandrungi wisatawan khususnya mancanegara.

"Pengembangan destinasi wisata penunjang Gunung Bromo seperti Air Terjun Madakaripura dengan ritual Mendak Tirta ini juga menjadi perhatian kami agar tercipta keseimbangan pembangunan ekonomi masyarakat," katanya.

Baca juga: Festival Eksotika Bromo di Probolinggo libatkan ratusan seniman

Sementara Ketua DPRD Jawa Timur Kusnadi mengatakan ritual Mendak Tirta sebagai rangkaian ritual menyambut Yadnya Kasada merupakan warisan adat turun-temurun masyarakat Tengger, sehingga menjadi salah satu ciri khas adat Tengger yang harus dipertahankan selamanya.

Selain itu, lanjut dia, ritual Mendak Tirta juga memiliki perspektif lain yang harus dipahami bersama bahwa tidak hanya warisan budayanya saja yang harus dirawat, namun keberlangsungan dan kualitas mata air terjun Madakaripura juga harus tetap terjaga sampai kapanpun.

“Mata air itu adalah sumber air utama bagi masyarakat Lumbang, Banyu Biru di Pasuruan dan Sumber Tetek yang berbatasan dengan Sidoarjo serta begitu banyak daerah-daerah pertanian yang dihidupi oleh mata air Madakaripura, sehingga banyak petani yang bergantung kepada sumber mata air itu," katanya.

Ia meminta kepada para pemangku setempat, seluruh lapisan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo, bagaimana agar seterusnya sumber mata air Madakaripura terus terpelihara tidak hanya bagi kepentingan masyarakat Kabupaten Probolinggo saja, tetapi juga untuk seluruh masyarakat yang dialiri oleh mata air tersebut.

 

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022