... Semua tenaga guru di sini sukarela tanpa meminta gaji bulanan...
Lebak, Banten (ANTARA News) - Kalau ini potret kemunduran, mungkin bisa benar begitu. Bayangkan saja, pada masa kini masih ada satu SMP yang belajar di "kelas terbuka" karena gedung sekolahnya tidak layak pakai; yaitu di SMP Satap Lebak, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten.

"Kami mendirikan sekolah, ingin mendorong anak-anak dari keluarga miskin bisa mengenyam pendidikan," kata Kepala Sekolah SMP Satap Desa Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Abdul Syukur, Senin.

Pada masa kolonialis Belanda, buku Max Havelaar dari seorang pamong praja Belanda, Douwes Dekker, berkisah tentang kemiskinan masyarakat di Lebak. Pada masa itu, wilayah itu adalah kantong kemiskinan absolut.

Syukur mengatakan, saat ini jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan di SMP Satap tercatat 52 orang dan mereka berasal dari Desa Pasirtanjung Kecamatan Rangkasbitung dan Sangiangtanjung, Kecamatan Kalanganyar.

Dari 52 siswa itu, kata dia, mereka berasal dari keluarga miskin yang tinggal di dua desa tersebut.

Bahkan, siswa yang tinggal di Ciwaru Desa Sangiangtanjung yang setiap hari melintasi jembatan gantung cukup banyak.

Setiap hari kegiatan belajar mengajar menggunakan Aula Kantor Desa Pasirtanjung, tanpa ruangan kelas.
Selain itu juga meja kursi seadanya dengan kursi dan meja reot karena belum memiliki gedung sekolah.

Begitu pula tenaga pendidik, mereka sukarela dari staf desa, Babinsa Koramil dan masyarakat.

"Semua tenaga guru di sini sukarela tanpa meminta gaji bulanan," ujarnya.

Menurut dia, SMP Satap yang didirikan 2011 lalu kini membutuhkan sarana ruangan kelas, sehingga anak-anak belajar merasa nyaman dan terkosentasi dalam menerima pelajaran.

SMP Satap ini, kata dia, administrasi sekolah masih menginduk ke sekolah reguler, yakni SMPN 2 Kalanganyar, Kabupaten Lebak.

Saat ini, kata dia, anak-anak belajar di ruangan terbuka jika hujan disertai angin kencang terpaksa diliburkan.

"Kami berharap pemerintah bisa membantu pembangunan gedung sekolah yang refresentatif. Warga sudah menghibahkan tanah untuk lokasi pembangunan sekolah itu," ujarnya.

Sekertaris Desa Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Mutria mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan kepada Dinas Pendidikan setempat agar mendapat bantuan pembangunan gedung sekolah.

Pendirian SMP Satap ini, lanjut dia, dalam upaya mensukseskan pendidikan wajib belajar sembilan tahun, mengingat siswa di sini kebanyakan putus sekolah akibat lilitan kemiskinan juga jarak tempuh ke sekolah reguler cukup berjauhan.

"Warga kami kalau mau sekolah ke Rangkasbitung mencapai lima kilometer," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang SMP dan SMA/SMK Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak Asep Komar mengaku, pihaknya sangat mendukung partisipasi masyarakat terhadap pendidikan.

Karena itu, kata dia, kemungkinan pemerintah akan membantu pembangunan gedung sekolah jika KBM terus berjalan.

Saat ini juga pemerintah sudah memberikan bantuan dana bantuan operasional sekolah (BOS).

"Kami minta pengelola SMP Satap di Desa Pasirtanjung bersabar dan kami akan berupaya untuk mendapat bantuan pembangunan sekolah itu," katanya. (ANT)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2012