Yangon (ANTARA News) - Senator kunci Amerika Serikat pada Minggu menyatakan negaranya senang pada kemajuan perubahan Myanmar, tapi mendesak pemerintah memastikan pemilihan umum sela mendatang bebas dan adil.

Setelah pertemuan satu jam dengan pemimpin lawan Aung San Suu Kyi di rumahnya di Yangon, John McCain menyatakan masih banyak yang harus dilakukan dalam negara itu, yang baru-baru ini muncul dari bayang-bayang kekuasaan tentara, lapor AFP.

Kunjungannya, yang terkini dalam kebingungan kemajuan diplomasi antarbangsa sejak kepemimpinan baru memulai serangkaian perubahan, terjadi saat Barat menunjukkan kesediaan meninjau hukuman keras terhadap negara itu.

McCain kepada wartawan menyatakan mendesak Presiden Thein Sein melanjutkan arah benar pada pertemuan di ibukota Naypyidaw pada Minggu pagi, tapi menambahkan Amerika Serikat tidak mengharapkan "keajaiban".

"Kami menjelaskan bahwa kami senang pada kemajuan dicapai, tapi mengatakan sejumlah masalah perlu ditangani, termasuk hukum, termasuk kemelut suku dan tentu saja kemajuan menuju pemilihan umum bebas dan adil," katanya.

Senator itu menyatakan menekan Thein Sein untuk memungkinkan pengamat antarbangsa memantau pemilihan umum sela pada 1 April, namun tidak mendapatkan janji dari presiden tersebut, mantan jenderal, yang mengambil alih kekuasaan pada Maret 2011.

Suu Kyi berupaya merebut kursi parlemen dalam pemungutan suara itu, salah satu dari beberapa perkembangan menakjubkan dalam beberapa bulan belakangan.

Perubahan juga mencakup pembebasan ratusan tahanan politik pada Januari 2012, membuat Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyeru pemulai-kembalian hubungan penuh diplomatik.

Saat berbicara di Bangkok pada Sabtu, McCain menyatakan Amerika Serikat kemungkinan mulai mencabut hukuman jika pemilihan umum sela itu bebas dan adil, tapi ia juga mengungkapkan kehati-hatian, dengan mengatakan Washington tidak harus terburu-buru menila, yang mungkin disesali kemudian.

Menteri luar negeri Eropa Bersatu pada Senin sepakat memulai pelonggaran hukuman terhadap Myanmar untuk mendorong perubahan, tapi akan menunggu tanda baik lebih lanjut sebelum menyeru pengakhiran pembatasan, kata diplomat.

"Kami akan mulai dengan menangguhkan beberapa larangan visa sebagai tahap pertama sejak hari ini," kata diplomat, yang berbicara dengan syarat tak dikenali saat menteri luar negeri Eropa Bersatu mulai pembicaraan sehari di Brussels.

Pencabutan semua hukuman akan tergantung pada kelanjutan tindakan bagus pemerintah, tambah sumber itu.

Kepala kebijakan luar negeri Eropa Bersatu Catherine Ashton, saat ke pertemuan tingkat menteri itu, memuji perubahan luar biasa dalam beberapa pekan dan bulan belakangan dan mengumumkan akan mengunjungi negara tersebut pada April.

Kelompok 27 negara itu terpecah atas seberapa segera untuk mencabut hukuman tersebut, dengan beberapa bersikeras menunggu pemilihan umum pada 1 April, yang akan berisi upaya bersejarah peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi merebut kursi parlemen.

Ashton menyatakan Eropa Bersatu telah berhubungan dengannya tentang masalah tersebut.

Negara lama terkucil itu kini menyambut tidak hanya pendukung keterlibatan, tapi juga pengecam, yang diperlukan untuk setiap pencabutan hukuman.

Dalam langkah dipuji Barat, Myanmar pada pekan sebelumnya membebaskan sekitar 300 tahanan politik, termasuk beberapa tokoh pembangkang, sehari setelah menandatangani gencatan senjata dengan kelompok utama suku kecil bersenjata. (B002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012