Surabaya (ANTARA News) - Maskapai penerbangan pelat merah Garuda Indonesia mengurangi frekuensi terbang ke sejumlah negara di Benua Eropa karena krisis ekonomi dan keuangan di pasar tersebut sampai sekarang belum pulih.

"Contoh, penerbangan ke Amsterdam yang selama ini dilakukan tujuh kali dalam satu pekan akan kami kurangi menjadi empat kali per pekan," kata Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia, Pujobroto, saat dihubungi dari Surabaya, Selasa.

Ke masa depan, ungkap dia, jadwal penerbangan ke Amsterdam bisa dilaksanakan setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu dari Jakarta. Sebaliknya, penerbangan dari Amsterdam dilayani setiap hari Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu.

"Di rute tersebut, kami operasionalkan pesawat A330-200 dengan kapasitas tempat duduk sebanyak 222 kursi. Jumlah tersebut meliputi 186 kursi ekonomi dan 36 kursi kelas bisnis," ujarnya.

Meski ada pengurangan frekuensi penerbangan ke Amsterdam, ia mengemukakan, tetap memiliki jaringan yang baik di negara tersebut. Sementara itu, sumber daya manusia (SDM) yang ada bisa dimanfaatkan ke rute lain, khususnya pasar penerbangan yang potensial.

"Kami sulit memprediksi kapan pengurangan frekuensi terbang ini bisa kembali normal," katanya.

Apalagi, menurut dia, di satu sisi krisis ekonomi dan keuangan di Eropa kemungkinan masih terjadi hingga beberapa tahun ke depan.

"Di sisi lain selama ini keterisian kursi load factor ke sejumlah rute penerbangan ke Benua Eropa sekitar 75 persen," katanya.

Dengan pengurangan frekuensi terbang ke Eropa, ulas dia, pihaknya siap memperkuat pasar penerbangan regional seperti Indonesia ke Jepang. Kalau selama ini berangkat dari Jakarta atau Denpasar ke Narita Tokyo dan Osaka, ke depan ditambah rute baru yakni dari Denpasar ke Haneda Tokyo.

"Jepang adalah pasar potensial kami menyusul `load factor`-nya tinggi atau hingga 80 persen," katanya.

Rute baru lainnya yang mendapatkan penambahan frekuensi terbang, yakni Taipei sehingga jadwal penerbangannya bisa menjadi lima hingga tujuh kali per pekan, demikian Pujobroto. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012