Jakarta (ANTARA News) - Mata uang rupiah pada akhir pekan sore melemah tipis lima poin keposisi Rp8.960 terhadap dolar AS dipicu ambil untung pelaku pasar di tengah minimnya sentimen positif.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Jumat sore bergerak melemah lima poin ke posisi Rp8.960 dibanding sebelumnya Rp8.955 per dolar AS.

"Rupiah sempat mengalami `profit taking` (ambil untung) seiring `rally` penguatan yang terjadi belakangan ini," Managing Research Indosurya Asset Management, Reza priyambada di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan, pasar juga tengah mencermati negosiasi kembali antara kreditor swasta dengan Yunani mengenai kesepakatan "debt swap"-nya.

Sejauh ini, kata dia, para petinggi Uni Eropa dan pemerintah Yunani menginginkan `yield` obligasi sebesar 3,5 persen agar rasio utang Yunani turun ke 120 persen hingga 2020, namun di lain sisi para kreditor swasta menginginkan `yield` empat persen.

"Belum adanya titik temu mendorong pelaku pasar uang menempatkan asetnya ke mata uang `safe haven` salah satunya dolar AS. Hal itu membuat ruiah kembali tertekan," katanya.

Ia menambahkan, peringkat Indonesia di level layak investasi (investment grade) yang diberikan Moody`s beberapa waktu lalu belum dapat memberi sentimen positif berkelanjutan bagi nilai tukar dalam negeri terhadap mata uang asing.

"Pemberian level `investment grade` yang diberikan Moody's pada peringkat utang Indonesia belum dapat membawa tren untuk rupiah melanjutkan penguatan terhadap dolar AS," ujar dia.

Meski demikian, kata Reza, harga logam mulia atau emas yang menguat cukup tajam diproyeksikan dapat mendorong nilai tukar dalam negeri kembali menguat terhadap dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada, Jumat (27/1) tercatat mata uang rupiah bergerak menguat ke posisi Rp8.980 dibanding sebelumnya di posisi Rp8.995.



Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2012