Jakarta (ANTARA News) - Mulanya seperti biasa. Awan, lantas hujan turun.  Ini sudah masuk musim hujan, kata banyak orang.

Tapi sejak beberapa hari terakhir, musim hujan itu kok tiba-tiba berubah menjadi angin kencang dan mengapa wilayah selatan Indonesia menjadi korban utamanya?

Selasa (24/1), sebuah papan reklame besar-besar di Jalan Tambahrejo, Surabaya, roboh bagai papan jatuh karena tanpa penyangga. Keesokan harinya, puluhan rumah di Banyumas, Jawa Tengah dan Mataram di Nusa Tenggara Barat, porak poranda oleh angin serupa. 

Hari itu juga, sebuah helikopter HU-417 dari Skuadron 400 TNI Angkatan Laut yang terbang dari Surabaya ke Jakarta terpaksa mendarat darurat akibat angin kencang itu.

Kemudian Kamis (26/1), giliran belasan rumah di Labuang, Pandeglang, Banten disapu angin puting beliung.  Lalu Jumat, angin kencang pula yang merobohkan dua bangunan suci di  Klungkung, Bali.

Mengapa tiba-tiba angin kencang meniup sejumlah wilayah Indonesia?

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjawab, itu adalah dampak dari siklon tropis "Iggy", yaitu badai yang berpusat di Samudera Hindia sebelah barat Australia dan sekitar Laut Timor.

Apa sih istimewanya badai tropis Iggy?
Kepada ANTARA News, Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG Pusat, Hary Tirto Djatmiko mengatakan, siklon tropis Iggy mengakibatkan angin kencang berkecepatan lebih dari 35 km/jam.

Adanya di Australia, mengapa Indonesia ikut kena?
Karena ekor dari Iggy (ujung utaranya) berada persis di selatan Indonesia. Dan ekor Iggy itulah, kata Hary, yang menerjang sejumlah wilayah seperti Sumatera bagian Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Selat Sunda, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku barat daya dan tenggara.

Apa bedanya dengan angin biasa?
Angin kencang yang terjadi sepekan terakhir berbeda dari angin kencang yang sempat menerjang wilayah Jakarta Kamis awal bulan ini (5/1).  "Pada tanggal 5 lalu, angin yang berhembus di Jakarta sepoi-sepoi saja. Perbedaan suhunya cukup signifikan. Masyarakat merasakan panas, yaitu panas dengan kelembaban tinggi," kata Hary.
Kondisi itu diikuti pertumbuhan awan berbentuk bunga kol. Kemudian, muncul potensi hujan lebat disertai angin kencang.

Mengapa beberapa hari terakhir tidak hujan? 
"Karena ada angin kencang. Kok ada angin kencang? karena ada bibit (badai di Australia)?" kata Hary.
Angin kencang yang terus berhembus tidak mengakibatkan hujan, sebaliknya membuat cuaca cerah berawan. Tapi angin kencang justru mengakibatkan gelombang tinggi di daerah-daerah yang memiliki potensi gelombang besar hingga di atas 2,5 meter.

Apakah sama sekali menghilangkan potensi hujan?
"Sebetulnya potensi untuk pertumbuhan dan pembentukan awan itu ada, tapi karena anginnya kencang maka seolah-olah (awan) buyar atau tidak terbentuk," kata Hary.
Awan itu dan seharusnya menjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yang terjadi malah berubah jadi hujan dengan intensitas ringan sehingga tak heran Anda sering merasakan hujan tiba-tiba turun tapi tiba-tiba pula berhenti.  Bahkan awan itu sama sekali tak menurunkan hujan.

Adakah kaitannya dengan badai Matahari?
"Belum ada penelitian atau analisis yang dipublikasikan menyebutkan badai Matahari berdampak terhadap cuaca," kata Hary.

Sampai kapan angin kencang ini akan terjadi?
Beberapa hari ke depan, kecepatan angin di wilayah Jabodetabek akan menurun. "Kalau sudah terjadi penurunan kecepatan angin, maka perlu diwaspadai pertumbuhan awan-awan kecil yang berpotensi terjadi hujan. Saat ini kita berada di bulan-bulan puncak musim hujan," kata Hary.
BMKG mengumumkan peringatan dini yang berlaku 27-30 Januari 2012.  Kata BMKG, Iggy melanda Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Barat dan membentuk pumpunan angin dari Pesisir Barat Lampung hingga Laut Arafuru di timur Indonesia.

Apa yang terjadi kemudian?
Badai tropis itu akhirnya memicu hujan lebat.

Wilayah mana sajakah yang mesti lebih mencermatinya?
Potensi hujan lebat akibat badai itu terjadi di pesisir barat Lampung, Kalimantan Timur bagian timur dan selatan, Kalimantan Selatan bagian timur, Sulawesi Tengah bagian timur, Sulawesi Selatan bagian utara dan selatan, Papua Barat bagian selatan, Papua bagian tengah. Lalu Lampung, Banten, DKI Jakarta bagian Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Maluku bagian tenggara. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012