Banjarbaru (ANTARA News) - Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan, mengatakan, peneliti dan penyuluh pertanian harus saling sinergis sehingga bisa membantu petani meningkatkan produksi pertaniannya.

Ia mengatakan hal itu pada acara Padu Padan Penelitian - Penyuluhan Pertanian Lahan Rawa yang dilaksanakan di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balitra) Jalan Kebun Karet Banjarbaru Kalimantan Selatan, Sabtu.

"Peneliti dan penyuluh pertanian harus saling sinergis sehingga dapat membantu petani meningkatkan hasil dan produktivitas pertaniannya," ujarnya di depan Wakil Gubernu Kalsel, Rudy Ariffin, dan undangan lain.

Menurut dia, peran peneliti dan penyuluh pertanian, ibarat menghadapi peperangan adalah sebagai penyusun strategi dan mencari inovasi bidang pertanian yang penerapannya di lapangan dilakukan petani.

"Peran penyuluh sangat dibutuhkan dalam penerapan di lapangan sebagai pengawal atau pendamping para petani sehingga lebih semangat menjalankan perannya sebagai penghasil bahan pangan," ungkapnya di depan peneliti dan penyuluh pertanian.

Diharapkan, melalui sinergi dua unsur yang saling berkaitan erat itu, produksi pertanian sebagai penopang pangan nasional bisa ditingkatkan sehingga masyarakat tidak mengalami krisis pangan.

Terkait pemanfaatan lahan rawa, ia mengatakan, potensi lahan rawa sebagai areal pertanian sangat besar sehingga Kementan terus berupaya mengembangkan potensi rawa untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Disebutkan, dari kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, lahan rawa di Indonesia luasnya mencapai 33,4 juta hektar yang tersebar pada 16 provinsi.

Puluhan juta lahan rawa itu terdiri dari lahan rawa pasang surut yang sudah dibuka seluas 4,1 juta hektar dan lahan dibangun mencapai 1,4 juta hektar, diantaranya ditanami padi dua kali setahun seluas 727 ribu hektar.

"Sekitar 500 ribu hingga 725 ribu hektar lahan rawa pasang surut lainnya masih belum dimanfaatkan secara optimal sehingga ke depan diupayakan agar pemanfaatannya lebih baik," ungkapnya.

Sementara, lahan rawa lebak yang sudah dibangun sekitar 347 ribu hektar dan 171 ribu hektar dimanfaatkan untuk tanaman padi, tetapi masih terdapat lahan lebak seluas 120 ribu hektar yang belum dimanfaatkan optimal.

"Luasan lahan rawa yang bisa dikembangkan sebagai lahan pertanian mencapai 9,5 juta hektar dan yang baru dimanfaatkan sebesar 5,4 hektar sehingga masih tersedia 4,1 juta hektar yang bisa dikembangkan," ujarnya.

Ditekankan, keberadaan lahan rawa sebagai lumbung pangan alternatif sangat strategis terutama dikaitkan program peningkatan produksi beras berkelanjutan serta mewujudkan stok beras nasional 10 juta ton pada 2015.

"Guna pemanfaatan lahan rawa lebih optimal maka Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian mengembangkan teknologi unggul dan adaptif berupa inovasi teknologi tepat bagi lahan rawa," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012