Bagian-bagian seperti jeroan sebaiknya dihindari
Jakarta (ANTARA) - Penjual sapi di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara mengakui telah mempunyai prosedur standar operasional (standard operasional prosedur/SOP) untuk menjaga kesehatan ternak dagangannya, menyusul merebaknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) akhir-akhir ini.

"Untuk cegah penularan PMK, kami sudah punya SOP untuk jaga kesehatan hewan ternak," kata salah satu pedagang sapi, Adin (49) saat ditemui di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin.

Ia menjelaskan, SOP itu meliputi pengetahuan kesehatan hewan ternak kurban, administrasi tertulis untuk tempat penangkaran dan penjualan hewan ternak hingga kebersihan serta sanitasi pada lokasi penampungan hewan ternak kurban.

Pertama, para peternak dan penjual hewan ternak di Jakarta harus terus fokus mengawasi hewan ternak mereka agar tidak berkeliaran dan menjaga kehigienisan tempat penangkaran maupun penjualan hewan ternak.

Selanjutnya penerapan pembiakan secara sehat, misalnya dengan menyemprot disinfektan kepada pekerja, alat kerja, kandang dan mobil lalu lintas hewan ternak untuk menghindari penularan virus yang cepat.

Baca juga: Peternak di Jakut terima pembinaan terkait pemeriksaan hewan

Kemudian pakan ternak juga diperhatikan agar meningkatkan antibodi hewan ternak, termasuk pemberian multivitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh hewan itu sendiri.

Ia juga mengatakan, di Jakarta Utara, tim pemantauan dan pengawasan PMK juga telah dibentuk dan melaksanakan tugas secara rutin pada setiap lokasi penampungan hewan ternak kurban.

Begitu juga sosialisasi PMK telah digencarkan melalui kelurahan dan kecamatan, termasuk media sosial Kota Jakarta Utara.

Kalau hewan kurban terkena PMK sebelum pemotongan masih hidup, dagingnya masih bisa dikonsumsi asal diolah secara benar dan matang.

"Bagian-bagian seperti jeroan sebaiknya dihindari, atau minimal direbus dahulu sampai matang sebelum diolah," katanya.

Baca juga: Ini tips dari Pemkot Jakbar untuk mengenali hewan terjangkit PMK

Sudah "tertidur"
Menurut dia, virus PMK di Indonesia sudah 'tertidur' dalam waktu yang cukup lama.

Adin mengatakan pada tahun 1986, wabah PMK sudah ada, tapi itu sudah tertolong sejak munculnya vaksin.

Menurutnya, sejak vaksin PMK ditemukan, peternak di kampung-kampung sudah terbiasa apabila ada hewan yang mengalami gejala nafsu makan berkurang akibat luka-luka pada bagian tubuh hewan seperti melepuh itu.

Tapi sekarang, secara berentetan tiga hari setelah Idul Fitri atau pada 6 Mei 2022, kasus PMK itu kembali meledak dan menimbulkan kekhawatiran masyarakat.

Namun, tambahnya, hal yang cukup melegakan adalah sejak lama PMK bukan dikategorikan penyakit yang dapat menyebar ke manusia (zoonosis).

Baca juga: Jakarta Barat periksa 1.700 hewan ternak antisipasi PMK

PMK hanya menular ke hewan ruminansia berkuku genap, seperti kambing, babi, sapi dan domba.
 

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022