BIMP-EAGA harus menjadi sistem saraf yang saling menghubungkan, karena sekarang kawasan Indo-Pasifik memiliki peran geo-strategis...
Jakarta (ANTARA) - Kerja Sama Ekonomi Sub-Regional (KESR) ditargetkan dapat menjadi sistem saraf yang saling menghubungkan dalam pembangunan kawasan dan mengangkat perkembangan sosial ekonomi negara-negara yang bekerja sama di dalamnya.

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis, menyampaikan salah satu KESR yang Indonesia tergabung di dalamnya yakni kerja sama Brunei-Indonesia-Malaysia-The Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).

“BIMP-EAGA harus menjadi sistem saraf yang saling menghubungkan, karena sekarang kawasan Indo-Pasifik memiliki peran geo-strategis, di antara forum Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), Indian Ocean Rim Association (IORA), dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), Indonesia dan ASEAN berada di tengah-tengahnya,” tutur Deputi Edi.

Baca juga: BIMP-EAGA kerja sama dengan Korea Selatan akselerasi pemulihan ekonomi

Koridor ekonomi BIMP-EAGA, lanjutnya, menjadi salah satu fokus diskusi dalam pertemuan dengan Director Regional Cooperation and Operations Coordination Division Asian Development Bank (ADB) Alfredo Perdiguero.

“Koridor ekonomi perlu diperluas dan dikembangkan untuk mencakup seluruh wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua. Hal ini sangat penting untuk mengoptimalkan potensi kerja sama daerah, mempersempit kesenjangan, dan mengakselerasi pembangunan konektivitas antar wilayah,” ujarnya.

Selain itu, di dalam pertemuan juga diperdalam pembahasan mengenai kemitraan strategis antara ADB dengan Indonesia dan KESR di Asia Tenggara.

Deputi Edi menyatakan bahwa dukungan ADB terhadap pembangunan di wilayah Indonesia Timur perlu difokuskan pada upaya menuju ketahanan pangan dan energi, serta memperkuat potensi blue economy di kawasan.

“Hal ini akan berpotensi spillover terhadap pertumbuhan di negara-negara lainnya yang berbatasan dengan Indonesia,” katanya.

Baca juga: Indonesia-Korea jajaki kerja sama terkait karbon biru

Ia juga menyampaikan bahwa BIMP-EAGA harus bermanfaat bagi negara tetangga di kawasan, seperti Laos dan Kamboja. Hal tersebut tentunya akan memajukan kerja sama ASEAN secara umum dan pada akhirnya akan mampu memainkan peran kunci dalam sistem saraf tersebut.

Di samping itu, pertemuan dengan ADB juga mendiskusikan persiapan Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) BIMP-EAGA di Indonesia yang akan diselenggarakan pada November 2022 mendatang di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Edi menyampaikan bahwa green agenda dan penguatan partisipasi daerah dalam KESR akan mengambil momentum pada PTM tersebut.

Menurutnya, daerah perlu mendapat wadah untuk berbagi pengalaman dalam pembangunan wilayahnya masing-masing. Terkait hal ini, Deputi Edi menyampaikan inisiatif untuk menyelenggarakan Forum Antar Kepala Daerah di kawasan BIMP-EAGA.

“Forum ini sekaligus meningkatkan pemahaman daerah terhadap Koridor Ekonomi BIMP-EAGA dalam mendorong sektor-sektor unggulan di daerah masing-masing. Selain itu, kami mengharapkan dukungan ADB dalam menyukseskan gelaran PTM nanti,” tutur Edi.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022