Bangkok (ANTARA News) - Pemimpin Angkatan Darat Thailand, Jenderal Sonthi Boonyaratglin, hari Kamis (9/3) kembali menjamin warganya bahwa tentara tidak akan melancarkan kudeta, kendati bom kecil meledak di luar rumah penasehat utama Raja Bhumibol Adulyadej. Satu orang Kanada dan satu wisatawan Inggris cedera ringan akibat ledakan bom sekitar pukul 14.00 waktu setempat (sama dengan WIB) di dekat gardu kosong penjaga di luar kediaman resmi Prem Tinsulanonda, mantan perdana menteri, kata polisi. Dengan ketegangan politik menyelimuti Thailand, Jenderal Sonthi Boonyaratglin menyampaikan keprihatinannya atas pemboman itu, yang segera kembali menjamin rakyat bahwa tentara tidak akan memakai peledakan itu sebagai alasan melakukan kudeta. "Tidak ada gerakan oleh tentara. Tentara harus disiplin. Kalau kami bertindak, itu tidak baik bagi negara kita. Kami tidak akan merusak keadaan," katanya kepada wartawan. Prem, salah satu politisi paling dihormati di Thailand, berada di rumah ketika bom itu meledak. Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra, yang menghadapi unjuk rasa menuntut dia mundur, menyatakan bahwa kekuatan gelap mungkin mencoba memperburuk kemelut politik negeri tersebut. "Mungkin seseorang ingin memancing keadaan," kata Thaksin kepada wartawan. Menteri Kehakiman, Chidchai Vanasathidya, bertemu dengan Badan Intelijen Nasional dan Pusat Keamanan Angkatan Bersenjata untuk membentuk satuan tingkat tinggi agen polisi, tentara dan intelijen untuk menyelidiki peledakan itu. "Selain menjelekkan pemerintah, pembom itu mencoba memperdalam kekeruhan dalam masyarakat Thai. Kita harus berhati-hati," kata Chidchai. Jenderal Thammarak Issarangkura Na Ayutthaya, menteri pertahanan, bertemu dengan Prem, serta menyatakan yakin bahwa bom itu diledakkan dari jauh. "Agaknya, mereka tidak mau membunuh siapa pun, tapi mencari publisitas, karena Jenderal Prem adalah tokoh terhormat," katanya kepada wartawan. Menteri Dalam Negeri, Kongsak Vantana, menyatakan bahwa ada saksi melaporkan melihat seorang berumur 20-an tahun berada di dekat gardu itu beberapa saat sebelum ledakan terjadi. Wisatawan asing tersebut, yang berjalan lewat rumah itu, hanya cedera ringan, kata polisi. Jenderal Sonthi ahir Februari 2006 menjamin bahwa tentara tetap tidak memihak, membantah kabar kemungkinan campur tangan angkatan bersenjata dalam kemelut politik saat ini. Panglima Angkatan Darat Kerajaan Thai itu berbicara dalam sidang Balai Praja dengan tokoh lain tentara, yang diselenggarakan Thaksin Shinawatra. Ia menepis ketakutan bahwa pasukan dari satuan tempur khusus bermarkas di propinsi Lopburi, Thailand tengah, digerakkan untuk "bertindak" di ibukota negeri itu, Bangkok. Ia mengatakan bahwa pasukan baret merah itu menjalankan tugas gilir berkala di markas besar angkatan darat. Jenderal itu menyatakan, menghabiskan siang dan malamnya di markas besar tersebut dengan perlindungan pasukan tempur khusus tersebut selama keadaan masih tegang dan genting. Tapi, ia menimpali, seluruh satuan tentara, termasuk baret merah itu, akan tetap netral dan tidak terlibat dalam kegiatan politik apa pun. Sonthi menyatakan hal itu saat menanggapi kabar bahwa rekan sekelas pemangku jabatan PM di tentara tersebut mungkin akan "bertindak". Di antara pemimpin lain, tentara undangan pada acara itu terdapat Panglima Angkatan Laut, Laksamana Satirapan Keyanon, Panglima Angkatan Udara, Marsekal Chalit Pukbha-suk, Kepala Kepolisian Nasional, Jenderal Polisi Kowit Wattana, dan Wakil Perdana Menteri, Jenderal Polisi Chidchai Vanasatidya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006