Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 80 dokter ahli bedah dari RSUP Dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta menjalani pelatihan peningkatan kompetensi dalam pemanfaatan teknologi robotic surgery untuk kebutuhan bedah jarak jauh.

"Untuk di RS Hasan Sadikin ada 40 dokter yang sudah dilatih. Sebagian ada yang sudah selesai mengikuti pelatihan sejak Maret 2022," kata Dokter Ahli Bedah Robotik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Reno Rudiman yang diwawancarai via Zoom di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan para peserta berasal dari profesi dokter spesialis bedah di Indonesia. Mereka mengikuti pelatihan secara berkala menggunakan simulator Robotic Sina yang tersedia di RS Hasan Sadikin.

Pelatihan operator di Indonesia, kata Reno, melibatkan pemateri dari negara produsen Robotic Sina di Iran. Dokter dilatih menyelesaikan tugas simulator yang terdiri atas 14 tugas, di antaranya keterampilan tangan dan visual mata menggunakan Virtual Reality (VR) Simulator Robotic Telesurgery.

Baca juga: Bedah jarak jauh robotik di Indonesia dimulai 2025

"Ada tutorial yang diawasi dari provider Sina. Rata-rata peserta adalah dokter usia muda di bawah 45 tahun yang lebih cepat beradaptasi. Ada pula yang di atas 45 tahun, mereka agak lambat beradaptasi," katanya.

Instrumen yang digunakan Sina memiliki ukuran 5 mm, sehingga memungkinkan mesin bergerak lebih fleksibel untuk meminimalisasi luka yang diakibatkan saat operasi.

Reno mengatakan kegiatan serupa juga diikuti oleh sekitar 40 dokter bedah di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Staf Khusus Menkes Bidang Ketahanan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan Prof Laksono Trisnantoro mengatakan penggunaan robotik pada praktik bedah merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk memeratakan layanan kesehatan hingga ke kawasan pelosok.

"Tentu ini bagian dari kebijakan Kemenkes dalam mengirim dokter bedah ke berbagai tempat dan pendidikan kedokteran," katanya.
​​​​​​
Baca juga: Perkembangan "robotic surgery" perlu diimbangi dokter ahli mumpuni

Ia mengatakan Indonesia merupakan negara dengan banyak pulau, sehingga ada ketimpangan layanan kesehatan pada daerah pelosok karena ketersediaan dokter cenderung berada di kota besar.

Kecerdasan artifisial yang kini merambah hingga sektor kesehatan, kata Laksono, membuka peluang layanan telesurgery diterapkan di Indonesia.

Telesurgery atau pembedahan jarak jauh memungkinkan dokter bedah selaku operator melayani pasien yang membutuhkan dari jarak berjauhan, bisa di lokasi rumah sakit yang berbeda, bahkan bisa berbeda pulau, negara, maupun benua.

"Ini cara alternatif menggunakan robotic telesurgery. Dokter ada di Surabaya atau Bandung, pasien di Indramayu di Kalimantan atau daerah lainnya, dengan dukungan teknologi informasi, diharapkan bisa mengoperasikan robotik," katanya.

Pengembangan robotik untuk bedah jarak jauh di Indonesia merupakan proyek multi tahun yang bertujuan meningkatkan akses layanan dan mutu layanan kesehatan untuk daerah yang tidak terjangkau di Indonesia.

Ia mengatakan fasilitas itu berawal dari inisiasi business matching pada Health Business Forum, dibuat suatu desain proyek multi tahun dan multi pemangku kepentingan Robotic Telesurgery 2021-2024.

"Dengan diberikannya akses transfer pengetahuan dan alih teknologi, industri dalam negeri juga mampu memproduksi alat dan sparepart-nya di dalam negeri dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mencukupi," katanya.

Kurikulum pelatihan bedah robotik akan tersertifikasi dan terakreditasi, sehingga ke depan keahlian bedah robotik direkomendasikan masuk ke dalam kurikulum pendidikan spesialis dokter bedah di Indonesia, kata Laksono.
​​​​​​
Baca juga: Mahasiswa Unair buat robot sterilkan kamar operasi

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022