Jakarta (ANTARA) - Sejumlah peneliti China menggunakan model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk memprediksi risiko kejadian dan perkembangan glaukoma, demikian artikel penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Investigation, Minggu (3/7).

Melalui penelitian tersebut, para peneliti dari Universitas Sun Yat-sen di Provinsi Guangdong, China Selatan, itu berharap untuk mengembangkan sistem pembelajaran mendalam (deep learning) yang layak secara klinis untuk memprediksi dan mengelompokkan risiko onset dan perkembangan glaukoma berdasarkan foto fundus berwarna (color fundus photograph/CFP).

Prediksi kejadian itu mengacu pada penilaian risiko neuropati optik glaukoma pada tiga hingga lima tahun kemudian berdasarkan CFP, sedangkan prediksi perkembangan adalah penilaian risiko dari perkembangan bidang visual di antara pasien glaukoma selama tiga hingga lima tahun ke depan.

Model AI itu dikembangkan berdasarkan CFP dari 9.000 orang lebih pasien.

Data prediksi kejadian glaukoma berasal dari kohort penapisan (screening) masyarakat, sehingga dapat mencerminkan distribusi glaukoma dengan lebih baik dalam populasi dan meningkatkan reliabilitas model AI.

Studi itu menunjukkan kelayakan algoritma deep learning dalam deteksi dini dan prediksi perkembangan glaukoma, jelas artikel penelitian itu.

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022