Kekhawatiran resesi yang berkepanjangan terus melanda pasar, sementara kekuatan dolar AS dan gejolak dalam kasus Covid di beberapa bagian China tentu saja tidak membantu
Singapura (ANTARA) - Minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Rabu sore, sehari setelah harga jatuh di bawah 100 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak April, tetapi kenaikannya dibatasi oleh kehati-hatian menjelang data inflasi AS yang dapat melemahkan pasar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 45 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 99,97 dolar AS per barel pada pukul 06.30 GMT. Minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus naik 44 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 95,27 dolar AS per barel.

Investor telah menjual posisi minyak di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga yang agresif untuk membendung inflasi akan secara tajam memperlambat aktivitas ekonomi dan menekan permintaan minyak. Harga turun lebih dari 7,0 persen pada Selasa (12/7/2022) dalam perdagangan yang bergejolak.

Kekhawatiran lebih lanjut adalah bahwa kenaikan suku bunga AS akan mendorong dolar lebih kuat, yang juga merusak harga minyak.

"Kekhawatiran resesi yang berkepanjangan terus melanda pasar, sementara kekuatan dolar AS dan gejolak dalam kasus Covid di beberapa bagian China tentu saja tidak membantu," kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING.

Minyak umumnya dihargai dalam dolar AS, sehingga greenback yang lebih kuat membuat komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, memberikan tekanan pada permintaan.

Stephen Innes, Managing Partner SPI Asset Management, menunjuk pada rilis yang diperkirakan data indeks harga konsumen AS panas pada Rabu.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan angka tersebut menunjukkan bahwa inflasi AS telah meningkat, menjadi 1,1 persen bulanan dan 8,8 persen per tahun.

Pembatasan perjalanan COVID-19 yang diperbarui di China juga membebani pasar. Sejumlah kota di ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah mengadopsi pembatasan baru, dari penutupan bisnis hingga penguncian yang lebih luas, dalam upaya untuk mengendalikan infeksi baru dari subvarian virus yang sangat menular.

Stok minyak mentah AS naik sekitar 4,8 juta barel untuk pekan yang berakhir 8 Juli. Persediaan bensin naik 3 juta barel, sementara stok sulingan naik sekitar 3,3 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute, Selasa (12/7/2022).

Sementara itu, pasar juga mengamati dengan cermat kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Timur Tengah, di mana ia diperkirakan akan meminta Arab Saudi dan produsen Teluk lainnya untuk meningkatkan produksi minyak guna membantu menstabilkan harga.

Dalam laporan bulanan yang dikeluarkan pada Selasa (12/7/2022), OPEC memperkirakan permintaan minyak global akan meningkat pada 2023 dan pasar akan tetap ketat. Diperkirakan bahwa tambahan 900.000 barel per hari minyak akan dibutuhkan dari para anggotanya pada 2023 untuk menyeimbangkan pasar.


Baca juga: Minyak turun di Asia, karena persediaan AS naik, khawatir permintaan
Baca juga: Minyak tergelincir terseret reli dolar, prospek permintaan yang lemah
Baca juga: Harga minyak turun, pasar khawatir perlambatan global tekan permintaan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022