Pulau Kangean di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, adalah kepulauan yang dikenal penghasil anggur laut atau di masyarakat setempat disebut "latok". Bahasa lain menyebutnya sebagai latoh dan lawi-lawi
Surabaya (ANTARA) - Anggur laut? Ya, nama populernya memang anggur laut, tapi makanan ini bukan sejenis buah-buahan. Anggur laut masuk dalam golongan rumput laut yang dalam bahasa Latin disebut Caulerpa sp.

Anggur laut sepintas memang mirip dengan anggur dengan buah bergerombol pada tangkai. Anggur laut memang berbentuk bulatan-bulatan kecil seperti telor ikan dan jika besar bisa seukuran biji jagung.

Pulau Kangean di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, adalah kepulauan yang dikenal penghasil anggur laut atau di masyarakat setempat disebut "latok". Bahasa lain menyebutnya sebagai latoh dan lawi-lawi.

Latok biasa dimakan dengan cara dicampur urap kelapa parut layaknya sayuran. Biasanya urap untuk latok ini menggunakan kelapa yang tidak terlalu tua. Urap terbuat dari parutan kelapa yang dicampur dengan sejumlah bumbu.

Kalau sayur urap pada umumnya disajikan setelah direbus, maka anggur laut disajikan mentah karena jika dimasak akan hancur.

Rasanya yang segar dan sedikit masam menjadi gurih masam ketika dicampur dengan urap dari kelapa. Latok urap menjadi pendamping makanan utama yang di Pulau Kangean biasanya serba ikan. Kalau masyarakat Pulau Kangean hanya mengenal olahan ikan dengan dibakar atau digoreng, beberapa rumah makan sudah menyediakan olahan lain, termasuk dimasak dengan bumbu saos. Urap latok bisa juga menjadi selingan makanan serba ikan itu, sehingga mampu menambah selera makan.

Camat Arjasa Husairi Husen mengatakan bahwa wilayah pulau itu memang kaya dengan potensi lautnya, termasuk anggur laut yang hanya bisa tumbuh di laut yang airnya masih bersih dari pencemaran.

"Tercemar sedikit saja air laut di suatu tempat, maka latok ini tidak akan tumbuh," kata pria penggemar seni, yang asli Pulau Kangean itu.

Latok di Kangean dihasilkan dari laut di sekitar Desa Angon-Angon, Kecamatan Arjasa, yang air lautnya masih bersih. Hingga kini, masyarakat memanen anggura laut hanya mengandalkan yang dihasilkan oleh alam dan belum ada budi daya. Kesadaran membudi daya biasanya muncul ketika sesuatu yang disediakan oleh alam mulai berkurang.

Karena airnya belum tercemar, maka terumbu karang di Angon-Angon juga masih bagus dan utuh. Hutan bakau di Angon-Angon masih lestari, sehingga menjadi tempat nyaman hidup dan berkembangbiaknya beragam hasil laut, seperti ikan dan jenis kepiting.

Mengenai pengembangan pemasaran latok ke luar Kangean, Husairi Husen yang akrab dipanggil Encek Eeng ini mengaku sangat sulit karena makanan itu mudah layu dan membusuk. Upaya pengawetan latok dengan es juga tidak bisa membantu pengembangan pemasaran, karena juga akan layu dan mengganggu keaslian rasa segarnya.

Karena itu kalau orang ingin menikmati latok harus datang ke Pulau Kangean. "Untuk saat ini, mau tidak mau memang begitu. Kalau ingin menikmati latok Kangean, ya harus datang ke Pulau Kangean," kata birokrat yang juga dikenal sebagai pemusik dan pencipta lagu ini.

Hosaimah, pemilik sebuah rumah makan di Desa Angkatan, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, mengatakan anggur laut tergolong makanan mahal dan menjadi favorit orang luar yang datang ke wilayah berjuluk Pulau Bekisar atau Pulau Cukir itu.

"Banyak orang luar yang suka dengan anggur laut ini. Mungkin banyak yang tahu kandungannya, salah satunya kaya akan kolagen untuk kesehatan kulit dan katanya untuk awet muda. Kalau di luar negeri, informasi yang saya dapat, anggur laut ini sangat diminati juga oleh masyarakat, dengan harga Rp3,5 juta per kilogram," katanya.

Untuk di Pulau Kangean sendiri, dia mematok harga latok Rp35.000 per porsi, dengan sajian ditaburi urap kelapa. Sajian latok urap itu menjadi pelengkap dari lauk lainnya, seperti ikan bakar, lobster, udang kipas, kerang dan lainnya.

Selain dengan urap kelapa, latok juga bisa dinikmati dengan sambel sederhana, yakni campuran ulekan garam, lombok dan kedondong hutan atau jeruk nipis. Dengan sajian ini, anggur laut tidak jarang di masyarakat Kangean juga dijadikan lauk ketika makan nasi.

"Kadang kalau bosan dengan makan ikan, kami biasa makan nasi dengan latok yang sambelnya menggunakan kedondong hutan. Enak juga," kata Silmi, penduduk di Kecamatan Arjasa.

Terkait kelemahan anggur laut yang mudah membusuk dalam hitungan jam, Pemkab Sumenep perlu menggandeng lembaga lain, seperti Kementerian Kelautan yang beberapa balai di bawahnya telah mengembangkan makanan tersebut dalam bentuk olahan.

Upaya itu perlu dilakukan karena potensi anggur laut memiliki peluang besar untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir di Pulau Kangean agar tidak hanya menjual panen latok dalam bentuk apa adanya.

Dalam laman kkp.go.id disebutkan bahwa anggur laut bisa dikembangkan menjadi berbagai produk olahan, seperti saos, mi, permen bahkan untuk bahan kecantikan wajah.

Selain itu, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan atau BBRP2BKP menemukan alternatif pengganti minuman boba (es teh bercampur bola-bola kecil dari tapioka) yang lebih sehat terbuat dari anggur laut.

Boba sehat dari anggur laut ini berpotensi untuk mensubstitusi boba dari tepung tapioka karena kandungan gizinya yang lengkap. Tepung tapioka memiliki kandungan gizi yang rendah dan tidak mengandung mineral, sementara anggur laut memiliki kandungan vitamin dan mineral yang lengkap serta serat pangan yang baik untuk tubuh.

Baca juga: Merawat budaya macapat di Pulau Kangean agar tidak punah

Baca juga: Idul Adha di pulau terpencil di ujung timur Kabupaten Sumenep

Baca juga: Jejak China yang tersisa di Pulau Kangean

Baca juga: Mengenal seni Pangkak, akapela khas Pulau Kangean

 

Pewarta: Masuki M. Astro
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022