Badung (ANTARA) - Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati saat membuka pertemuan ke-3 FMCBG di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat, menekankan pentingnya konsensus dan kolaborasi demi mengatasi berbagai tantangan perekonomian yang dihadapi dunia saat ini.

Demi mencapai tujuan itu, Sri Mulyani menyampaikan komitmen Indonesia menjembatani berbagai perbedaan, dan menjadi pendukung utama multilateralisme di forum G20.

“Kami ingin menjadi penghubung yang jujur. Kami berkomitmen menjembatani perbedaan. Indonesia tanpa kenal lelah akan terus mengupayakan adanya komunikasi, konsultasi, sehingga kita dapat terus membangun jembatan untuk menghubungkan berbagai perbedaan,“ kata Sri Mulyani di hadapan para menteri keuangan G20 saat membuka pertemuan ke-3 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 di BNDCC, Badung, Jumat.

Ia lanjut menyampaikan perbedaan pandangan dan sikap yang ada di forum G20 perlu dilihat sebagai kekuatan daripada hambatan.

“Perbedaan-perbedaan itu juga kekuatan bagi forum ini yang mewakili negara-negara yang berpengaruh di perekonomian dunia. Dan, keputusan dari forum ini bakal berdampak bagi negara-negara di dunia. Jadi, saya yakin anda pasti menyadari bahwa dunia mengamati pertemuan ini,” kata Sri Mulyani.

Oleh karena itu, ia berharap sesi diskusi dan penyampaian pendapat pada pertemuan ke-3 FMCBG tidak banyak diisi oleh muatan dan kepentingan politik, tetapi pembahasan lebih mengarah ke persoalan teknis.

Sri Mulyani juga optimis pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 pada 15–16 Juli di Bali dapat mengeluarkan hasil konkret terutama untuk isu-isu yang mendesak.

“Terlepas dari adanya perbedaan pandangan beberapa negara, pembahasan beberapa isu yang mendesak telah menunjukkan kemajuan. Saya sangat menghargai itu, dan saya mengucapkan terima kasih kepada anda semua yang mendukung presidensi (kepemimpinan) Indonesia,” kata Menteri Keuangan RI.

Ia mencontohkan hasil konkret yang telah dicapai pada pertemuan sebelumnya, para menteri keuangan G20 sepakat membentuk Dana Perantara Keuangan (financial intermediary fund) untuk penanganan dan pencegahan pandemi.

Dalam pertemuan FMCBG Ke-3, yang merupakan agenda utama Finance Track G20, para menteri dan gubernur bank sentral bakal membahas tujuh agenda prioritas yang disusun oleh Indonesia, yaitu situasi dan risiko perekonomian dunia, isu kesehatan, arsitektur keuangan internasional, isu-isu keuangan, keuangan yang berkelanjutan, infrastruktur, dan perpajakan internasional.

Beberapa isu yang jadi bagian agenda prioritas itu, di antaranya dampak agresi Rusia di Ukraina terhadap ancaman krisis pangan (food insecurity), krisis energi, dan krisis keuangan global.

Dalam pertemuan ke-3 FMCBG itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen hadir secara langsung di Bali, sementara Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov hadir secara virtual.

Sementara itu, Menteri Keuangan Ukraina Serhiy Marchenko, yang diundang sebagai tamu undangan pada pertemuan ke-3 FMCBG G20, mengikuti kegiatan secara virtual.

Meskipun hadir sebagai undangan, Ukraina diberi kesempatan menyampaikan situasi dan dampak perang dari perspektif nasionalnya, dan dari perspektif Ukraina sebagai bagian dari masyarakat global, kata Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Kementerian Keuangan Dian Lestari pada sesi jumpa pers terpisah minggu ini.

Baca juga: Sri Mulyani ajak delegasi 3rd FMCBG G20 Indonesia mengenal produk UMKM
Baca juga: Menkeu AS puji kepemimpinan Sri Mulyani di Finance Track G20
Baca juga: Menkeu minta dukungan Brasil dalam pembentukan dana perantara keuangan

 

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022