Washington (ANTARA News) - AS, Kamis, mengesampingkan perundingan langsung dengan Iran mengenai program nuklirnya, setelah Teheran menawarkan perundingan dengan Washington mengenai masalah sulit lainnya. Pada hari yang sama satu studi penting menyatakan Iran adalah sebagai ancaman terbesar AS. Gedung Putih mengatakan setiap perundingan antara Washington dan Iran mengenai usaha menstabilkan Irak tidak akan membicarakan krisis nuklir atau sengketa-sengketa lainnya dan para perunding memiliki "mandat yang sangat sempit". "Masalah nuklir itu akan dibicarakan di PBB di kalangan diplomat Dewan Keamanan," kata jurubicara Gedung Putih, Scott McClellan, kepada wartawan. "Itu adalah satu masalah yang terpisah." Penasehat keamanan Gedung Putih Stephen Hadley menyatakan tawaran Iran untuk membicarakan ikhwal Irak adalah bukti bahwa Republik Islam itu "akhirnya mulai mendengar" kecaman tentang kebijakannya di kawasan itu. Badley menolak mengesampingkan serangan militer mendahului terhadap Iran tapi mengatakan studi Gedung Putih itu yang disiarkan Kamis bukanlah satu peringatan terhadap pemerintah garis keras itu. Wakil Menlu Urusan Politik Nicholas Burns mengatakan tidaklah berguna untuk berusaha berunding dengan Iran mengenai program nuklirnya sehubungan dengan sikap negara tersebut mengenai masalah itu. "Masalah di sini bukannya tidak ada perundingan antara AS dan Iran, tapi masalahnya adalah apa yang sedang dilakukan Iran," kata Burns kepada wartawan, "Kami memandang sebuah pemerintah Iran, khususnya sejak (Presiden Mahmoud) Ahmadinejad berkuasa tampaknya bertekad untuk menciptakan kemampuan senjata nuklir," tambahnya. "Kami telah melakukan kalkulasi ... adalah lebih baik berusaha mengucilkan pemerintah Iran." Burns mengatakan ia yakin Dewan Keamanan PBB akan berhasll mencapai satu persetujuan menyangkut tindakan yang pantas terhadap Iran. Seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan Burns dan rekannya dari China, Rusia, Perancis, Inggris dan Jerman akan bertemu di New York, Senin untuk berusaha mengatasi kebuntuan mengenai Iran. "Mereka berencana untuk merampungkan sebuah pernyataan presiden mengenai Iran," kata pejabat tersebut yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada AFP. Ia mengacu pada usaha-usaha oleh lima anggta tetap Dewan Keamanan, yang memiliki hak veto untuk mencapai konsensus mengenai sebuah pernyataan yang mengecam ambisi nuklir Iran. Setiap pernyataan itu memerlukan persetujuan semua anggota Dewan Keamanan. Iran mengatakan program nuklirnya adalah untuk tujuan damai, dan membantah melakukan aktivitas untuk membuat senjata nuklir. Diskusi situasi Irak Kamis siang, baik AS maupun Iran menyataksn keinginan untuk ikut dalam diskusi mengenai situasi di Irak. McClellan mengatakan Dubes AS untuk Irak, Islamy Khalilzad` "berwenang berbicara dengan Iran tentang masalah-masalah khususnya menyangkut Irak." Jika perundingan-perundingan AS-Iran mengenai Irak atau masalah lain berlangsung, itu merupakan perundingan langsung pertama sejak Washington memutuskan hubungan dengan Teheran April 1980 sehubungan dengan revolusi Islam yang telah menggulingkan Shah yang didukung AS, dan sejak sekitar 70 warga AS disandera di kedubes AS di Teheran. Terakhir kali kedua negara itu ikut dalam perundingan bersama-sama dengan tujuh negara lain, termsuk Rusia untuk membicarakan tentang Afghanistan. Sampai kini, kedua negara yang berseteru itu menolak melakukan dialog mengenai Irak, kendatipun hubungan kuat Iran dengan kelompok Syiah yang mendominasi politik Baghdad, dan aksi kekerasan yang berkembang telah mengancam Irak terpecah. Deputi jurubicara Deplu, Adam Ereli mengatakan perundingan dengan Teheran mengenai masalah itu kemungkinan akan dipusatkan pada soal yang telah dikemukakan i masa lalu oleh pemerintah AS bahwa Iran berusaha mengganggu usaha-usahanya di Irak. (*)

Copyright © ANTARA 2006