Jakarta (ANTARA) - Meta kembali mendapatkan gugatan hukum dan kali ini mereka harus menghadapi gugatan terkait merek dagang di Pengadilan Federal Manhattan.

Adapun gugatan tersebut diajukan oleh perusahaan Virtual Reality (VR) bernama MetaX yang telah terlebih dahulu menghadirkan layanan realitas virtual dibanding Meta.

MetaX yang berbasis di New York mengatakan kepada pengadilan bahwa perusahaannya mengalami kerugian akibat perubahan yang dilakukan oleh Facebook dan membuat MetaX tidak dapat beroperasi optimal.

Melansir Reuters, Rabu, MetaX menggugat Meta karena telah melanggar merek dagang federal "Meta", dan meminta pengadilan untuk melarang perusahaan yang sebelumnya fokus pada media sosial itu menggunakan nama Meta.

Baca juga: Meta rilis laporan tahunan HAM pertama

Baca juga: Facebook izinkan satu akun terhubung ke lima profil


Pendiri MetaX Justin "JB" Bolognino mengatakan bahwa Meta telah melanggar asas bisnis sekaligus hasil kerja dari para inovator-inovator yang bekerja di MetaX.

"(Meta) tidak hanya membahayakan bisnis kami, tetapi juga seluruh industri dan hak kekayaan intelektual para inovator yang telah membantu membangunnya,"ujar Justin.

MetaX mengkhususkan diri dalam "teknologi pengalaman dan imersif" menggunakan teknologi seperti VR dan augmented reality.

Perusahaan tersebut mengatakan dalam gugatannya bahwa mereka telah membahas potensi kemitraan bersama Facebook pada 2017, seorang eksekutif Facebook bahkan memuji salah satu pengalaman MetaX tahun itu dan menggambarkannya sebagai temuan "luar biasa" dan "spektakuler."

MetaX mengatakan bahwa fokus baru Meta Platform pada metaverse, tumpang tindih dengan bisnisnya yang terlebih dahulu memberikan "pengalaman imersif" serupa di beberapa tempat yang sama di mana ia menyelenggarakan pamerannya, termasuk Coachella dan South oleh Barat daya.

MetaX mengatakan rebranding Meta Platforms mendorongnya keluar dari pasar, dan itu telah menyebabkan orang secara keliru percaya bahwa perusahaan tersebut berafiliasi.

Perubahan nama Facebook menjadi Meta terjadi pada Oktober 2021 karena CEO Meta Mark Zuckeberg memiliki visi besar mengembangkan sebuah dunia campuran antara realitas sesungguhnya dan virtual ke dalam dunia bernama metaverse.

Meta enggan mengomentari perkara gugatan yang diajukan oleh MetaX.

Baca juga: Instagram mungkinkan pengguna belanja langsung via pesan langsung

Baca juga: Google sebut akan ikuti regulasi soal pendaftaran PSE

Baca juga: Pakar: Kewajiban daftar PSE adalah soal kedaulatan digital bangsa

 

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022