Jakarta (ANTARA) - Kemajuan dunia digital telah mampu menyelamatkan ekonomi dan usaha kecil dari keterpurukan akibat pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung sejak 2020 lalu.

"Sedangkan media sosial banyak membantu dalam pemasaran produk saat pandemi," kata pembuat konten dari Ikatan Guru Persatuan Guru Republik Indonesia (IGPGRI) Fajar Tri Laksono dalam webinar Literasi Digital ”Indonesia Makin Cakap Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk komunitas digital wilayah Bali-Nusa Tenggara, Rabu.

Baca juga: Kemajuan digitalisasi harus dibarengi etika digital

Fajar mengatakan, agar usahanya mampu lebih berkembang lagi, maka para pengusaha kecil harus mau meningkatkan kecakapan digitalnya (digital skills). Dengan kemampuan pemahaman digital skills yang baik, diharapkan akan terjadi peningkatan penjualan produk usahanya.

Digital skills yang dimaksud Fajar, yakni kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan hardware dan software dalam lanskap digital. Kemudian juga mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital.

"Tak kalah penting, pengenalan terhadap beragam aplikasi digital market, online shop, dan fitur di media sosial," kata kreator konten yang sekaligus humas PGRI itu di hadapan partisipan diskusi virtual bertajuk ”Kiat-kiat Mengembangkan Bisnis Menggunakan Media Sosial”.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital ini diselenggarakan oleh Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi. Kegiatan yang diagendakan digelar hingga awal Desember nanti diharapkan mampu memberikan panduan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas digital.

Fajar Tri Laksono menambahkan, tidak hanya dunia bisnis, pandemi juga telah mengubah wajah pendidikan di Indonesia. Jika sebelumnya pendidikan banyak dilakukan secara konvensional, kini banyak sekali sekolah yang telah menggunakan platform pembelajaran.

"Sehingga, tidak ada lagi perbedaan antara pembelajaran offline dengan online," jelasnya.

Webinar yang merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten itu membahas setiap tema dari sudut pandang empat pilar utama, yakni digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Dari perspektif keamanan digital (digital safety), dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA AWS) Adhi Prasnowo menegaskan, pembangunan bisnis digital telah menjadi suatu keniscayaan. Untuk itu, para pelaku bisnis perlu memahami kompetensi keamanan digital guna meminimalisir dampak buruk.

"Kompetensi keamanan digital di antaranya: pengamanan perangkat digital, identitas digital, mewaspadai penipuan digital, dan paham rekam jejak digital," tuturnya.

Dalam paparannya Adhi juga berpesan agar para pelaku bisnis digital mewaspadai kejahatan phising dan scam. Phising merupakan upaya untuk mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan. Adapun scam adalah bentuk penipuan melalui telepon, email, messaging, dengan tujuan pada umumnya untuk mendapatkan uang dari para korbannya.

"Contohnya peretasan akun, impersonasi, penjual pulsa, lowongan kerja palsu, modus percintaan, dan lainnya," kata Adhi Prasnowo.

Sejak diselenggarakan pada 2017, Gerakan Literasi Digital Nasional telah menjangkau 12,6 juta orang. Pada tahun 2022 ini, Kominfo menargetkan pemberian pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta warga Indonesia.

Dipandu oleh moderator Theodora Mayang Sisilitan, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber influencer Ana Livian sebagai key opinion leader.

Baca juga: Pemerintah selenggarakan pelatihan literasi digital bagi pesantren

Baca juga: Anggota DPR dorong pemerintah masifkan literasi digital tangkal hoaks

Baca juga: ICT Watch: Penggunaan teknologi digital harus diimbangi literasi

Pewarta: Suryanto
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022