Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Oktober tahun lalu memberikan rekomendasi bagi vaksin empat dosis, Mosquirix, buatan GSK Plc.
WHO mengatakan vaksin tersebut dapat menyelamatkan ribuan nyawa.
Kini, Gavi memiliki dana yang dapat digunakan sebesar 155,7 juta dolar AS (sekitar Rp2,33 triliun) selama 2022 hingga 2025 untuk distribusi vaksin awal.
Aliansi itu mengajak berbagai negara untuk mengajukan pendanaan dan bantuan untuk memberikan suntikan vaksin.
Perkembangan itu merupakan suatu kemajuan bagi vaksin tersebut, yang telah melalui proses pengembangan selama puluhan tahun.
Rata-rata setiap satu menit, penyakit malaria dapat membunuh satu anak.
Meski demikian, distribusi vaksin diperkirakan akan dimulai lambat. Pasokannya berjumlah jauh di bawah permintaan yang begitu besar selama beberapa tahun terakhir, menurut hasil investigasi Reuters.
Negara-negara Afrika yang telah terlibat dalam program awal menggunakan vaskin tersebut, yakni Ghana, Kenya, dan Malawi, dapat mendaftar terlebih dahulu hingga September untuk memperluas penggunaan vaksin.
Sementara itu, negara-negara lain dapat mendaftar hingga akhir tahun, kata Gavi dalam pernyataan.
“Upaya untuk mendapatkan vaksin malaria telah berjalan dengan lama dan sulit,” kata pemimpin eksekutif Gavi Seth Berkley.
Bersamaan dengan penggunaan cara-cara seperti memasang jaring kelambu, Berkley berharap alat baru, yakni vaksin, akan “dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa di negara-negara yang paling terdampak oleh penyakit yang mematikan ini.”
Sumber: Reuters
Baca juga: GSK akan pasarkan vaksin malaria pertama dunia
Baca juga: Kenya jadi negara Afrika ketiga perkenalkan vaksin pertama dunia
Mencoba Tali Kuning, ramuan tradisional Papua pengusir malaria
Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022