Jakarta (ANTARA) - Sudah hampir dua bulan Manchester United memburu gelandang Barcelona Frenkie de Jong. Walau kabar yang datang selalu mengecewakan, tak ada tanda-tanda United menyerah.

Gelandang asal Belanda itu sendiri disebut-sebut tak mau meninggalkan Nou Camp, apalagi Manchester United tak memiliki tiket Liga Champions.

Padahal di Old Trafford dia bisa dipersatukan kembali dengan pelatih yang membesutnya menjadi pemain kaliber dunia, Erik ten Hag.

Barcelona sendiri adalah klub dambaan de Jong sejak kanak-kanak. Dia bahkan kerap berlibur bersama keluarga di ibu kota Catalonia ini.

Tiga tahun sudah dia berseragam Barcelona, namun mantan pemain Ajax Amsterdam ini tak bisa disebut sudah melalui era kemilau di sana. Sebaliknya dia lebih sering dikecewakan.

Datang ke Nou Camp dengan harapan menjadi penerus Sergio Basquets, dia malah sering dipasang oleh Xavi Hernandez.

De Jong siap memberikan segalanya untuk Barcelona, tapi klub ini acap melakukan hal sebaliknya. Terkini, Barca ingin menjualnya karena berusaha membebaskan diri dari tekanan akibat pengeluaran gaji pemain.

Ironisnya, Barca masih bisa membeli bintang-bintang seperti Robert Lewandowski dan Raphina.

Baca juga: Lewandowski ungkap rasa lega rampungkan kepindahan ke Barcelona
Baca juga: Raphinha bergairah ikuti jejak para legenda Brazil di Barcelona

Guyuran modal dari penjualan hak siar dan injeksi bank, membuat Barca masih bisa berbelanja. Sayang dana hak siar dan bank itu tak memasukkan kekurangan bayaran 17 juta pound (Rp30,6 miliar) kepada de Jong dalam daftar alokasi pengeluaran.

Seperti semua bintang Barca, gaji de Jong dipangkas sementara akibat keuangan yang morat marit gara-gara pandemi.

De Jong mungkin tak begitu memasalahkan soal ini karena dia ingin dipertahankan mati-matian oleh klubnya, dari kejaran MU atau siapa pun yang berusaha merekrutnya.

Sikap mengecewakan Barcelona terhadap pemainnya bukan kali ini saja terjadi.

Empat tahun silam Barca membajak Malcom yang sudah hampir bergabung dengan AS Roma dari Bordeaux. Tapi setahun setelah menjadi pemain Barca, Malcom malah dipinjamkan kepada Zenit St Petersburg di Rusia.

Nasib sama menimpa Arthur Melo. Pemain ini direkrut sebagai penerus Andreas Iniesta. Tetapi kemudian malah dilego ke Juventus pada 2020.

Contoh lainnya pemain muda Rapid Vienna, Yusuf Demir, yang mengisi tempat Antoine Griezmann karena balik lagi e Atletico Madrid. Demir juga tak lama di Barca. Dia terpaksa balik lagi ke Austria.

Itu tak membuat pemain-pemain bintang di Barcelona ingin hengkang. Mereka bahkan rela pangkas gaji asal tetap berseragam Barcelona.

Namun bagi sebagian besar pesepak bola Eropa, menjadi pemain Barca adalah impian. Oleh karena itu, begitu sudah di dalam, mereka seperti enggan keluar lagi.

Nama besar Barcelona memang magnet besar, apalagi gaya hidup di ibu kota Catalonia ini membuat betah pesepak bola dan keluarga mereka.

Dalam soal de Jong, Barcelona sudah mempersilakan dia pergi, sekalipun Presiden Barcelona Joan Laporta dalam bahasa yang ambigu menyatakan tak ingin menjual pemain ini.

Laporta beralasan situasi keuangan klublah yang memaksa Barca menjual pemain.

Direktur olahraga Mateu Alemany lebih saklek lagi, bahwa terlepas de Jong bertahan atau tidak, Barca memang mesti melego pemain guna melepaskan diri dari beban gaji tinggi untuk pemain.

Alasan ini pula yang membuat Barca menjual Philippe Coutinho kepada Aston Villa dalam harga murah atau meminjamkan Clement Lenglet kepada Tottenham.

Baca juga: Presiden Barca bantah paksa de Jong pindah Man United
Baca juga: Tottenham Hotspur resmikan kedatangan Clement Lenglet

Selanjutnya : De Jong vital bagi ten Hag

Copyright © ANTARA 2022