"Banyak yang mungkin lupa ya, bahwa transisi energi itu tidak hanya membutuhkan energi terbarukan, tapi penggunaan energi secara efisien dan efektif," kata Fabby Tumiwa dalam webinar yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis.
Fabby menyampaikan efisiensi energi tersebut juga penting mengingat saat ini upaya untuk mengurangi konsumsi belum optimal, padahal tindakan itu penting sebelum mengembangkan energi terbarukan secara masif.
Menurut dia, efisiensi konsumsi energi itu juga penting karena secara teknis dan ekonomis, Indonesia bisa mencapai net zero emission di 2050 lebih awal dari target pemerintah dengan berbasiskan energi terbarukan.
Ia memastikan efisiensi bisa berjalan beriringan dengan rencana untuk pengurangan PLTU batubara secara bertahap serta penggunaan energi terbarukan dalam skala kecil di sektor pembangkit listrik, industri dan kendaraan listrik.
Saat ini, jumlah pengguna kendaraan listrik tercatat mulai meningkat di tengah-tengah masyarakat, meski penjualannya masih di bawah 1 persen penjualan kendaraan di dalam negeri.
Selain itu, dari tahun ke tahun, tren masyarakat dalam menggunakan energi bersih semakin tinggi. Seperti PLTS atap yang dibangun di atas bangunan, seperti rumah, kantor dan fasilitas umum yang lain.
"Penggunaan energi terbarukan seperti di sektor kelistrikan menunjukkan kita bisa mengembangkan 100 GW solar PV. Kemudian penggunaan energi biomassa dan electric fitting untuk industri dan penggunaan kendaraan listrik, motor listrik khususnya," ucapnya.
Baca juga: Kadin minta dukungan regulasi untuk transisi energi di industri
Baca juga: Kementerian ESDM dorong konservasi energi di kalangan industri
Baca juga: BRIN terus kembangkan riset energi baru terbarukan
Pewarta: Chairul Fajri
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022