Jakarta (ANTARA) - Akhir pekan segera tiba, tentunya menjadi momentum tepat untuk mengisi waktu luang dengan mengunjungi destinasi wisata, seperti Museum Mandiri yang berada di kawasan destinasi wisata Kota Tua Jakarta.

Menurut booklet “Museum Mandiri: Menapak Sejarah Menyongsong Masa Depan” dari Mandiri Museum, Museum Mandiri berada di gedung peninggalan kolonial Belanda yang dulunya bekas kantor Nederlandsch Handel-Maatschappij (NHM) atau Netherlands Trading Corporation yang dibangun pada 1929 dan dibuka secara resmi pada 1933.

Baca juga: Pelataran tutup, pengunjung Kota Tua Jakarta tetap ramai

Gedung perusahaan yang dulunya dikenal sebagai Factorij Batavia ini menyimpan sejarah ekonomi dan perbankan yang mengiringi perjalanan sejarah Indonesia. Salah satunya adalah ruang yang menampilkan sejarah sistem tanam paksa atau Cultuurstelsel.

Berdasarkan keterangan dari papan informasi Museum Mandiri, sistem yang menimbulkan kesengsaraan bagi Bangsa Indonesia ini dicetuskan oleh Gubernur Jenderal Johannes Van den Bosch pada 1830.

Faktor eksternal seperti Revolusi Belgia dan faktor internal yang menguras kas uang Belanda pada akhirnya membuat Van den Bosch mencetuskan tanam paksa yang berujung bencana. Hal menarik lainnya adalah ruangan sejarah tanam paksa ini dilengkapi dengan diorama bagaimana tuan tanah Belanda menyiksa Rakyat Indonesia selama periode tanam paksa.

Selain ruang sejarah tanam paksa, Museum Mandiri juga menampilkan sejarah budaya menabung yang sudah dilakukan masyarakat Nusantara sejak dulu. Di sini pengunjung bisa mengenal bagaimana leluhur Indonesia mulai menyimpan uang di celengan yang terbuat dari batang pohon bambu, jauh sebelum celengan tanah liat beraneka bentuk bahkan bank ada di Bumi Pertiwi.

Museum Mandiri juga menghadirkan berbagai koleksi barang sejarah yang mewarnai perjalanan perbankan di Indonesia. Salah satunya adalah koleksi brankas dari berbagai macam era yang uniknya tersimpan dalam brankas besar berbentuk ruangan. Ruangan brankas besar tersebut juga memiliki pintu baja yang sangat kokoh dilapisi jeruji besi dan menempel dengan kuat di dalam tembok.

Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa melihat koleksi tumpukan saham dan surat berharga, bahkan buku besar zaman dahulu yang ukurannya memang sangat besar untuk pencatatan keuangan tersimpan dengan baik di museum ini.

Baca juga: Kota Tua masih primadona lokasi pemotretan nuansa klasik

Pengunjung juga dapat melihat betapa rapinya Belanda dalam melakukan pengarsipan, hal ini terlihat dari adanya ruangan khusus seperti brankas yang memang dibuat khusus untuk menyimpan buku besar dan catatan arsip penting saat NHM masih berjaya.

Pengunjung juga saat ini berkunjung ke Museum Mandiri juga dapat menyaksikan sejarah perjalanan bagaimana NHM yang dulunya milik Belanda berhasil dinasionalisasi oleh Presiden Soekarno, kemudian seiring berjalan waktu memasuki masa Reformasi 1998 bertransformasi menjadi Bank Mandiri.

Seni tingkat tinggi

Museum Mandiri tidak hanya dikenal sebagai museum yang menyimpan catatan perjalanan sejarah perbankan dan koleksi benda bank bersejarah. Museum ini dikenal sebagai salah satu museum yang memiliki seni tingkat tinggi.

Menurut booklet “Museum Mandiri: Menapak Sejarah Menyongsong Masa Depan” yang diterbitkan Mandiri Museum, bangunan Museum Mandiri yang dirancang oleh 3 orang arsitek belanda yaitu J.J.J de Bruyn, A.P. Smits dan C. van de Linde memiliki arsitektur bergaya Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik. Ini terlihat dari bentuk bangunan yang kokoh dan tampak megah.

Sementara itu dalam booklet “Tegel Mozaiek: Dari Gaya Art Deco Menjadi Ikonik” yang diterbitkan Mandiri Museum, bagian interior museum ini terutama bagian lantainya juga bergaya seni Art Deco berupa Tegelmozaiek. Andalan gaya seni ini adalah memfavoritkan ubin seni mozaiek sebagai bahan penutup lantai.

Di Museum Mandiri juga pengunjung bisa merasakan bagaimana suasana lift zaman kolonial Belanda. Lift bersejarah yang terpasang sejak 1933 tersebut masih berfungsi dan terawat dengan baik. Pihak museum bahkan memamerkan suku cadang dan perlengkapan lift tersebut kepada pengunjung.
Pemandu tur menunjukkan lift bersejarah yang dibangun pada 1933 dan masih berfungsi dengan baik di Museum Mandiri di Kawasan Kota Tua, Jakarta Barat pada beberapa waktu lalu. Museum Mandiri menyimpan catatan perjalanan sejarah ekonomi dan bank di Indonesia, koleksi benda-benda bank bersejarah hingga seni kaca patri bernilai tinggi. ANTARA/Aji Cakti

Bagian seni paling ikonik dan bernilai sejarah tingkat tinggi dari Museum Mandiri adalah seni kaca patri yang terpasang dan terawat baik di tangga menuju ruang direksi museum ini.

Menurut informasi dari booklet “Kaca Patri Museum Mandiri” yang diterbitkan Mandiri Museum, kaca patri dengan nilai seni yang bisa dianggap mahakarya ini dirancang oleh F.H. Abbing Jr yang merupakan anak dari sekretaris direktur NHM di Amsterdam, Belanda yakni F.H. Abbing.

Baca juga: Aneka komik silat dipamerkan di Museum Mandiri

Kaca patri ini menggambarkan tiga bagian penting. Bagian pertama adalah kisah perjalanan pelaut Belanda Cornelis de Houtman dalam menemukan Bumi Nusantara dan akhirnya membuka jalan bagi para pedagang Belanda yang dinaungi oleh Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC masuk ke Indonesia.

Bagian berikutnya adalah penggambaran lima sosok yang terdiri dari empat wanita dan satu pria tua. dua sosok wanita pada bagian dua bilah kiri pertama dan seorang wanita bersama pria tua di dua bilah kanan digambarkan sebagai representasi empat musim di Eropa yakni musim semi, panas, gugur dan dingin.

Sedangkan sosok wanita di bilah tengah atau bilah Nusantara digambarkan sebagai Ibu Pertiwi Nusantara yang terlihat cantik, anggun, memesona dengan dikelilingi gunung berapi dan hutan yang subur sebagaimana keindahan pesona alam Indonesia yang dilimpahi kekayaan sumber daya alam.

Di bilah Nusantara, pengunjung bisa melihat bagaimana Belanda sangat memuja Indonesia baik dari keindahan panoramanya maupun kekayaan alamnya hingga digambarkan sebagai sosok dewi yang cantik.

Bagian terakhir dari kaca patri ini adalah prasasti yang ditujukan untuk menghormati Cornelis Johannes Karel van Aalst, sosok Presiden Direksi NHM yang sangat berpengaruh bukan hanya bagi internal perusahaan namun juga berpengaruh bagi Belanda.

Baca juga: Fakta sejarah lima museum Kota Tua Jakarta
Seni kaca patri di Museum Mandiri yang menggambarkan tiga bagian yakni kisah perjalanan orang Belanda untuk menemukan Nusantara, kekaguman Belanda pada Ibu Pertiwi Nusantara, dan prasasti bagi sosok berpengaruh di NHM dan Belanda. ANTARA/Aji Cakti

Pemandu tur

Berdasarkan laman resmi museummandiri.wixsite.com, pengunjung bisa memasuki Museum Mandiri ini dengan tiket seharga Rp5.000 per orang bagi masyarakat umum dan Rp3.000 per orang bagi pelajar, mahasiswa dan anak-anak. Museum Mandiri dibuka dari Selasa hingga Minggu pukul 09.00-15.00 WIB.

Pengunjung Museum Mandiri disarankan untuk ditemani oleh pemandu tur agar dapat menikmati sejarah perbankan dan perjalanan menjelajahi setiap bagian ruangan gedung museum lebih optimal.

Pemandu tur juga akan menceritakan dan membawa pengunjung ke bagian-bagian ikonik dari Museum Mandiri, termasuk seni kaca patri yang di depan tangga direksi. Bahkan mereka juga akan mengajak pengunjung ke ruangan-ruangan tempat direksi NHM Belanda bertugas ikut menentukan arah perjalanan ekonomi dan perbankan di Indonesia pada tempo dulu.
 

Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2022