Islamabad (ANTARA) - Setidaknya 357 orang tewas dan lebih dari 400 orang lainnya luka-luka akibat hujan monsun lebat terus mengguyur Pakistan selama lebih dari lima pekan, ungkap Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional (National Disaster Management Authority/NDMA) Pakistan pada Kamis (28/7).

Selain korban jiwa, infrastruktur, jaringan jalan raya, dan rumah juga rusak akibat hujan monsun lebat dan banjir bandang di seluruh Paksitan sejak 14 Juni, kata sejumlah sumber resmi dari NDMA kepada Xinhua.

Sebanyak 23.792 rumah rusak total atau sebagian, sehingga memaksa ribuan orang mengungsi, ungkap data statistik NDMA, yang menambahkan bahwa hujan lebat juga merusak puluhan jembatan dan toko.

Perdana Menteri (PM) Pakistan Shahbaz Sharif pada Kamis menulis di akun Twitter-nya bahwa Pakistan sedang menghadapi tantangan perubahan iklim dan menekankan perlunya penanganan masalah banjir bandang saat ini.

"Perubahan iklim adalah kenyataan tak terbantahkan di masa kita dan memiliki konsekuensi serius bagi negara-negara berkembang seperti Pakista. Pemerintah menyelaraskan target pembangunan dengan kebutuhan perubahan iklim," tuturnya.

Provinsi Balochistan di Pakistan barat daya masih menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak, dengan 106 orang tewas dalam sejumlah insiden terkait hujan dan bencana banjir yang menyertainya, disusul oleh 90 orang korban jiwa di Provinsi Sindh, Pakistan selatan.

Tercatat ada 76 korban jiwa di Provinsi Punjab, Pakistan timur, 70 korban jiwa di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan barat laut, dan 15 orang tewas di sejumlah wilayah lain di negara tersebut, urai NDMA.
Sementara itu, administrasi sipil di masing-masing kota bersama militer Pakistan sedang melaksanakan upaya penyelamatan dan bantuan di wilayah-wilayah yang terimbas. Otoritas memindahkan warga yang terjebak ke lokasi yang lebih aman serta menyediakan makanan dan air bagi warga yang terdampak. Sementara itu, dokter dan paramedis diterjunkan ke lapangan untuk memberikan perawatan medis. ANTARA/Xinhua/aa.


Memerhatikan kerugian besar di seluruh Pakistan, PM Shahbaz Sharif membentuk sebuah komite untuk mengevaluasi kerusakan yang ditimbulkan oleh hujan monsun dan banjir, saat mengumumkan akan menaikkan kompensasi moneter bagi warga yang terdampak.

Farzana Bibi (48), seorang warga di kota pelabuhan Karachi, Pakistan selatan, mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak dapat meninggalkan rumah karena jalanan di kawasan permukimannya terendam air banjir berlumpur setinggi lutut.

"Air banjir telah masuk ke rumah saya dan merusak semua furnitur yang baru saya beli ... Saya sangat sedih. Hujan dianggap anugerah dari Tuhan, tetapi hujan lebat dan banjir belakangan ini telah membawa banyak malapetaka bagi kami," ujar Bibi kepada Xinhua.

Memprediksi lebih banyak hujan terjadi sepekan ini, Departemen Meteorologi Pakistan menyampaikan bahwa arus monsun terus masuk ke negara tersebut dan kemungkinan akan bergerak dan semakin kuat di Pakistan bagian utara dan tengah. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022