Itu semata-mata karena kita punya 74.961 desa
Jakarta (ANTARA) - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar menyampaikan bahwa desa memiliki peran strategis untuk mewujudkan ketahanan pangan.

"Ini yang harus kita sadari betul betapa desa ini sangat strategis di dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan implementasi kebijakan," kata Mendes PDTT dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Seiring berjalannya waktu, ia mengharapkan, peran desa semakin maksimal untuk menjawab segala tantangan bangsa, khususnya ketahanan pangan.

Ia mengemukakan, berdasarkan data Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) disebutkan 71 persen penduduk Indonesia adalah warga desa. Sementara wilayah Indonesia terdiri 91 persen desa, dan sisanya wilayah kelurahan.

"Apabila urusan pangan di desa teratasi, maka otomatis 71 persen masalah pangan nasional sudah beres," tuturnya.

Saat ini, menurutnya, bangsa Indonesia masuk kategori aman dalam urusan pangan di saat negara-negara lain sedang menghadapi tantangan soal pangan.

Baca juga: Mewujudkan kearifan lokal untuk ketahanan pangan nasional

Baca juga: Guru Besar IPB sebut kondisi pangan Indonesia aman di 2022


"Alhamdulillah Indonesia sampai hari ini masih nyaman-nyaman saja, itu semata-mata karena kita punya 74.961 desa, yang itu sama dengan 91 persen wilayah Indonesia atau itu sama dengan 71 persen penduduk Indonesia," papar Gus Halim, demikian ia biasa disapa.

Sebelumnya, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas menyebut kondisi pangan Indonesia akan aman di 2022, meskipun sebagian kebutuhan harus dipenuhi dari impor.

Ia menyebutkan ketahanan pangan Indonesia cukup baik sebagaimana tampak dari indeks ketahanan pangan Indonesia sebesar 59,2 yang menempatkan Indonesia di posisi 69 dari 113 negara pada 2021.

Produksi padi dalam 20 tahun terakhir relatif stabil di sekitar 54 juta ton per tahun.

Pada 2022 produksi beberapa komoditas pangan akan menurun seperti gandum yang turun 1 persen dari 778,3 juta ton dari tahun sebelumnya menjadi 770,3 juta ton karena kekeringan di Uni Eropa, sementara perang Rusia dan Ukraina membuat distribusinya terganggu.

Baca juga: Menelaah dampak krisis geopolitik global terhadap ketahanan pangan

Baca juga: Sekolah lapang iklim upaya BMKG dukung ketahanan pangan nasional

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022