Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong tindakan efisiensi energi sebagai langkah sederhana dalam menghadapi krisis energi global akibat konflik geopolitik perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan.

Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Luh Nyoman Puspa Dewi mengatakan efisiensi energi adalah cara paling murah untuk menghadapi krisis energi yang membuat nilai keekonomian energi sangat tinggi.

"Banyak negara sudah melakukan efisiensi energi. Ini adalah satu langkah yang paling tidak dapat kita lakukan tanpa biaya," kata Dewi dalam diskusi bertajuk Mid Year Economic Outlook 2022 yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Pada Juni 2022 Kementerian ESDM menyatakan harga energi dunia masih tinggi dipicu konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang membuat minyak mentah Indonesia atau ICP menyentuh angka 104,22 dolar AS per barel, elpiji harga Aramco senilai 750 dolar AS per barel, batu bara acuan menembus harga 323,9 dolar AS per ton.

Harga energi yang tinggi terutama minyak mentah tersebut membuat nilai keekonomian bensin Rp18.000 per liter dan nilai keekonomian solar Rp19.000 per liter.

Dewi menuturkan Indonesia masih bergantung terhadap impor BBM akibat penurunan produksi dan peningkatan konsumsi BBM, sehingga beberapa daerah di Indonesia mengalami krisis BBM.

"Konsumsi yang cukup tinggi di sektor transportasi mengakibatkan adanya (krisis BBM) di beberapa lokasi..., kemudian nilai keekonomian BBM yang tinggi membuat kita sangat sulit apabila tetap menerapkan subsidi," ujarnya.

Baca juga: Pemerintah pacu efisiensi energi kurangi dampak krisis global

Kementerian ESDM terus berupaya meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan sekaligus tetap menjaga keseimbangan dari Trilemma Energi guna membangun energi berkelanjutan.

Penerapan Trilemma Energi dilakukan dengan cara penambahan kapasitas pembangkit, distribusi yang adil, harga listrik terjangkau, dan dapat diterima masyarakat secara andal, berkualitas dan ramah lingkungan.

Dwi menjelaskan Trilema Energi terdiri dari tiga komponen yang saling berhubungan dan terikat. Pertama adalah kesetaraan energi yang harus mempertimbangkan keterjangkauan dan ketersediaan,

"Tersedia di sini artinya mandiri, kita sendiri mengelola sumber energi tersebut dan tidak tergantung dengan pihak manapun dan dikurangi ketergantungannya," jelas Dwi.

Kedua, komponen keamanan energi yang mengandung aspek aman dan dapat diandalkan. Komponen ini mengupayakan penyediaan energi yang memperhatikan rantai pasok yang ada di dalam negeri dan luar negeri, serta menyediakan infrastruktur yang ada untuk pelayanannya. Komponen ketiga adalah keberlanjutan lingkungan yang bersifat hijau dan bersih.

Kementerian ESDM menyiapkan pembangunan infrastruktur berbasis energi baru terbarukan dengan menggunakan sumber energi rendah karbon, salah satunya melalui peningkatan efisiensi energi dari sisi penawaran maupun permintaan.

Baca juga: Amanat UU, DEN gelar rakor antisipasi kondisi krisis BBM dan elpiji

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022