Jakarta (ANTARA News) - Konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya diproyeksikan untuk mengambilalih proyek angkutan massal dan cepat (Mass Rapid Transportation/MRT) Jakarta, menyusul kemungkinan pembatalan pendanaan proyek itu oleh Jepang. "Plan (rencana) B-nya, kita sedang godok, BUMN akan ambilalih proyek itu melalui konsorsium Jakarta Metro System atau JMS," kata Menteri Perhubungan Hatta Rajasa menjawab pers usai membuka Rapat Kerja Departemen Perhubungan 2006 di Jakarta, Rabu. Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta, mengakui, pemerintah akan membatalkan kesepakatan pinjaman dari Jepang melalui Japan Bank for International Corporation (JBIC). Pembatalan tersebut karena Indonesia ingin mengubah skemanya dari pinjaman mengikat (tied) menjadi tidak mengikat (untied) dengan tujuan mengoptimalkan komponen lokal dari proyek itu. Menurut Hatta, konsep JMS nantinya akan melibatkan sejumlah BUMN terkait seperti PT Industri Kereta Api (INKA) dan PT LEN Industri serta Adhi Karya. "Tapi dengan ini bukan berarti proyek itu batal karena kami masih bernegosiasi dengan Jepang. Sikap Indonesia tercermin dalam surat yang dikirim oleh Bappenas," kata Hatta. Hatta juga menjelaskan, rencana lain yang disiapkan adalah pendanaan dari pihak lain untuk menyokong JMS itu. "Syukur-syukur cukup dipenuhi oleh domestik sehingga interest-nya (bunga, red) bisa ditekan," katanya. Dia optimis, jika dana tersebut bisa diperoleh dari sumber-sumber domestik, maka besarnya dana proyek bisa ditekan lagi, bahkan bisa mencapai 50 persen dari proyeksi semula (pinjaman Jepang) sebesar 800 juta dolar AS. "Hanya saja, jika dari domestik maka apakah bisa dijamin debt service (efek utang yang menyangkut bunga, tingkat pengembalian dan dampak tarifnya dan lain, red) akan berbeda," kata Hatta. Sementara, jika tetap menggunakan dana Jepang bisa dipastikan, proyek itu akan menyerap hingga 800 juta dolar AS dengan bunga yang sangat rendah yakni 0,4 persen dengan bebas bayar pokok (grace period) 10 tahun dan masa pengembalian 40 tahun. "Jadi, kalau skema mengikat, bunganya memang sangat rendah, sementara jika tak mengikat bunganya lebih tinggi yakni sekitar 0,6 persen. Cuma komponen lokalnya bisa lebih 30 persen dan tendernya internasional, sedang skema Jepang (mengikat) menghendaki Jepang 30 persen dan Indonesia 30 persen, baru sisanya ditenderkan," kata Hatta. Proyek MRT tersebut sebelumnya disebut-sebut akan ditandatangani kesepakatan pinjamannya pada Maret 2006. MRT tahap I berupa Kereta Api (KA) bawah tanah ini rencananya akan membentang dari Lebak Bulus-Dukuh Atas sepanjang 14,3 km. Konstruksinya pada tahap awal akan dimulai pada awal 2007 sehingga selesai pada 2010 dan mulai operasi paling lambat 2012 atau paling cepat 2010.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006