Jakarta (ANTARA) - Founder Plataran Indonesia, Dewi Makes mengungkapkan mematuhi protokol kesehatan (Prokes) yang ditetapkan pemerintah merupakan kunci mempertahankan usaha tempat pernikahan (wedding) saat pandemi COVID-19 yang berlangsung selama dua tahun terakhir .

"Kuncinya kita selalu berpegang dengan ketentuan pemerintah terkait protokol kesehatan," kata Dewi Makes di Plataran Kinandari, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis.

Dewi mengungkapkan ketentuan prokes yang ditetapkan pemerintah, yakni pembatasan jumlah tamu, jam operasional hingga ketentuan lain yang berkaitan dengan kegiatan pernikahan.

Baca juga: Plataran Indonesia akan gelar konser All Star Legends

Dengan menaati prokes, Dewi menyebutkan klien mendapatkan rasa aman kala mempercayakan acara pernikahan kepada pihak Plataran Indonesia.

Dewi mengaku pandemi COVID-19 tidak terlalu memberikan dampak buruk bagi usaha yang dijalaninya.

Hal tersebut dikarenakan Plataran Indonesia memang mengusung konsep tempat pernikahan yang dekat dengan alam.

Dengan demikian, mayoritas tempat pernikahan yang ditawarkan tidak di dalam ruangan tertutup, namun menyediakan ruang alam terbuka.

"Beruntungnya pelataran ini dari sejak dahulu memang mengusung tema atau identik dengan alam yang hijau," tutur dia.

Terlebih, Dewi mengatakan masyarakat mencari tempat bertemakan ruang terbuka setelah pandemi COVID-19 berangsur membaik di Indonesia.

Untuk diketahui, Plataran Indonesia menyediakan beragam pilihan tempat menarik untuk menggelar acara pernikahan.

Di luar Jakarta Plataran Indonesia memiliki banyak pilihan tempat yang mengusung konsep menyatu dengan alam. Seperti, Plataran Indonesia di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Di sana, mempelai akan merasakan sensasi menggelar pernikahan di atas langit yang dikelilingi enam gunung.

"Kita memang mengusung konsep Enam Langit dengan maksud dikelilingi enam gunung, yaitu Merapi, Merbabu, Telomoyo, Andong, Sumbing, dan Prau," ujar Dewi Makes.

Selain itu, pihaknya juga menyediakan tempat di pegunungan Bromo. Di sana mempelai disajikan pengalaman menggelar pernikahan di pegunungan dengan suasana yang dingin.

"Ini suasana yang dingin seperti di Swiss. Semua pasangan yang menikah di bromo sangat puas dan mempunyai kenangan yang tidak terlupakan," lanjut Dewi.

Tidak hanya pegunungan, Plataran Indonesia juga menyajikan pilihan tempat alam lain yakni di Canggu, Bali.

Baca juga: Plataran Indonesia padukan alam dan budaya di tengah hutan GBK

Namun demikian, bukan suasana pantai yang disajikan di tempat ini melainkan suasana hutan yang sejuk dan asri.

"Ini konsep hutan yang rimbun, dipadukan dengan tanaman tanaman natural dan dipadupatakan dengan sentuhan sentuhan kayu, sentuhan sentuhan plastik," ucap dia.

Untuk suasana pantai sendiri, Plataran Indonesia menyediakan tempat yang menarik di Pulau Komodo. Di sana, mempelai akan disajikan suasana penarikan di atas kapal Phinisi sambil menikmati pemandangan matahari terbenam.

"Karena suasana di laut jadi kita membayangkan pernikahan di laut, tepatnya di atas Phinisi. Kita angkat tema lovers at sundown," ungkap Dewi.

Sementara itu, Area Sales Director Plataran Venue and Dining, Marina Wirasanti menambahkan penerapan ketentuan protokol kesehatan sesuai aturan pemerintah berdampak terhadap kepercayaan pelanggan.

Karenanya, Marina menyatakan Plataran Indonesia berusaha mewujudkan konsep acara pernikahan yang diinginkan pasangan mempelai tanpa harus melanggar protokol kesehatan.

Sebagai contoh, pihaknya selalu memberlakukan pembatasan pengunjung akad maupun resepsi sesuai dengan batasan jumlah orang yang diberlakukan pemerintah.

Tidak hanya itu, Plataran Indonesia juga memberikan konsep memberikan "hampers" makanan kepada tamu demi menuruti larangan makan di tempat.

"Maka dari itu kita selalu memiliki konsep yang berubah, berevolusi untuk mengacu kepada protokol kesehatan tersebut," ucap Marina.

Namun, Marina menuturkan eksistensi usaha yang dijalani Plataran Indonesia tidak akan bertahan, jika tidak membangun kerja sama dan komunikasi yang baik dengan para lain maupun keluarga mempelai.

"Komunikasi dan saling support yang baik diperlukan agar acara yang sedang ditangani berjalan dengan lancar sesuai dengan keinginan klien," ungkap Marina.

Kini, setelah melewati dua tahun pandemi, Marina dan jajarannya optimistis dan berharap sebaran kasus COVID-19 semakin rendah sehingga siklus usaha "wedding organizer" bisa kembali seperti semula.

Baca juga: Jokowi bertemu ketua umum partai koalisi Indonesia Kerja

Pewarta: Walda Marison
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2022