Patung-patung sepeda motor, ular, kalajengking, dan boneka berukuran kecil, serta kereta kuda berukuran sebenarnya, merupakan sebagian kreasi yang dibanggakan Hamad.
Baca juga: Puing-puing perang jadi benda seni di Gaza
"Saya mendapatkan ide itu satu tahun yang lalu saat pertempuran sengit antara Israel dan faksi-faksi Palestina di Gaza mengakibatkan banyak bangunan menjadi puing-puing," kata pria berusia 35 tahun tersebut kepada Xinhua, dengan asistennya menerjemahkan bahasa isyarat yang disampaikan Fakher.
Pandai besi muda tersebut menuturkan bahwa awalnya, dia hanya bekerja bersama saudara laki-lakinya, namun saat nama mereka mulai dikenal dalam profesi itu, orang-orang berdatangan sambil membawa segala macam besi tua dari rumah mereka yang hancur.
Baca juga: Pusat seni hadirkan senyum di wajah anak-anak Jalur Gaza
Khawatir besi tua yang tak terurus itu akan melukai anak-anak yang bermain di luar ruangan dan mencemari lingkungan, dia mulai mendaur ulang dan mengubah fungsinya menjadi karya seni dari besi.
"Awalnya, saya mengumpulkan limbah besi dari tempat saya yang telah hancur, dan saya tersadar bahwa saya dapat membuat (patung) sepeda motor hanya dalam waktu empat jam," kenang pria tersebut.
Pandai besi muda tersebut menuturkan bahwa awalnya, dia hanya bekerja bersama saudara laki-lakinya, namun saat nama mereka mulai dikenal dalam profesi itu, orang-orang berdatangan sambil membawa segala macam besi tua dari rumah mereka yang hancur.
Saudara laki-laki Fakher, Khamis Hamad, mengatakan kepada Xinhua bahwa mereka bangga dengan keahlian yang mereka miliki karena hal itu mendorong warga setempat untuk fokus pada sisi positif kehidupan dalam kondisi apa pun.
Saat ini, dia mempekerjakan tujuh pekerja dengan upah sekitar 250 dolar AS (sekira Rp3,7 jutaan), dan bengkel kerja tersebut masih kekurangan mesin slotting dan alat pemotong logam dan las, paparnya.
"Beberapa orang merasa kami tidak akan berhasil, namun bisnis ini membantu keluarga kami untuk bertahan hidup."
Baca juga: Puluhan seniman Kota Magelang aksi mural-grafiti "Ayo Rukun"
Saudara laki-laki Fakher, Khamis Hamad, mengatakan kepada Xinhua bahwa mereka bangga dengan keahlian yang mereka miliki karena hal itu mendorong warga setempat untuk fokus pada sisi positif kehidupan dalam kondisi apa pun. Di Gaza, terdapat sekitar 49.000 penyandang disabilitas, atau 2,4 persen dari total populasi, menurut data resmi.
Mohammed al-Helo, seorang pelanggan setempat, menyampaikan kepada Xinhua bahwa "Fakher dapat membuat apa pun yang Anda minta, bahkan jika Anda ingin dibuatkan patung kecil diri Anda sendiri."
Sementara Fakher bercita-cita untuk ambil bagian dalam pameran-pameran di luar negeri guna mendapatkan sponsor potensial, al-Helo mengatakan bahwa otoritas setempat harus mempertimbangkan untuk mendukung proyek kreatif mereka.
Baca juga: Pakar seni rupa dan pematung Fakultas Teknik UI tutup usia
"Disabilitas sebenarnya tidak terletak pada tubuh, namun berada di pikiran," ujar Fakher, seraya menambahkan bahwa "para penyandang disabilitas mampu menjalani kehidupan mereka dan juga kreatif dalam bidang profesional mereka," demikian Xinhua dikutip Jumat.
Baca juga: Galeri Nasional produksi dokumenter tokoh seni rupa Heri Dono
Baca juga: UIN Yogyakarta kolaborasi dengan para seniman gelar pameran seni rupa
Baca juga: Galeri Nasional tampilkan karya seni rupa koleksi negara
Penerjemah: Xinhua
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022