Yangon (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Malaysia, Syed Hamid Albar, selaku Duta Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) hari Kamis dijadwalkan melakukan lawatannya ke Myanmar untuk melihat perbaikan demokrasi, kata diplomat kepada kantor berita Prancis (AFP). Pejabat Malaysia dan Myanmar merahasiakan secara ketat pertemuan itu untuk menghindari siaran berlebihan sesudah kunjungan Albar ke Yangon ditangguhkan penguasa junta militer Myanmar. Tapi, diplomat di Yangon menyatakan, Albar akan tiba hari Kamis dan tinggal hingga Jumat atau Sabtu. Mereka mengatakan bahwa Albar kemungkinan tidak bertemu dengan tahanan rumah pemimpin pendukung demokrasi, Aung San Suu Kyi. "Sangat mungkin bahwa ia tidak akan bertemu Suu Kyi," kata seorang diplomat yang tak bersedia diungkap jati dirinya, Rabu. Albar semula direncanakan berkunjung bulan Januari 2006, tapi pihak Myanmar menyatakan terlalu sibuk memindahkan ibukota negaranya, sehingga tidak dapat menerimanya. Lawatan itu tampak terganjal lantaran Albar awalnya bersikukuh dapat bertemu bertemu dengan Suu Kyi, yang sudah menjalani sebagian besar dari 16 tahun masa tahanan rumahnya. Suu Kyi adalah putri Jenderal Aung --tokoh pendiri Burma, kini Myanmar-- dan menjadi sosok perlawanan sipil Myanmar, yang pernah menerima Nobel Perdamaian. Diplomat itu tidak bersedia menjelaskan alasan Albar akhirnya melepas keinginan bertemu Suu Kyi, sehingga diizinkan masuk Myanmar. Myanmar berada di bawah tekanan berat antar-bangsa untuk melakukan perubahan ke arah demokrasi. Penguasanya menumpas unjuk rasa mendukung demokrasi pada 1988, dan dua tahun kemudian menolak hasil pemilihan umum yang dimenangi partai pimpinan Suu Kyi. ASEAN, yang beranggotakan 10 negara, memutuskan mengirim Syed Hamid Albar ke Myanmar pada sidang tahunannya bulan Desember 2005 di Kualalumpur. ASEAN terdiri atas Brunei, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Albar dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Myanmar, Soe Win, sebelum pulang hari Jumat, kata diplomat Asia tenggara kepada Reuters, "Sepengetahuan kami, ia akan tiba di sini hari Kamis dan pulang hari Jumat." Junta militer Myanmar mendapat kecaman sesama anggota ASEAN lantaran tetap menahan Suu Kyi dan tidak mengubah keadaan politik, dan hampir tidak pernah mengumumkan waktu kunjungan resmi pejabat asing. Keberatan dari dalam ASEAN tumbuh pesat sesudah Suu Kyi tetap ditahan rumah tiga tahun setelah ditangkap bulan Mei 2003. Albar pada Desember 2005 menyatakan harapan kerasnya untuk bertemu dengan Suu Kyi dalam kunjungan ke Myanmar. Pada Selasa (21/3) saat ditanya wartawan, apakah ia akan berangkat pekan ini, hanya menjawab, "Jika Tuhan menghendaki." Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa memberikan sanksi atas Myanmar, yang mereka tuduh menekan partai pendukung demokrasi pimpinan Suu Kyi. Namun, ASEAN melakukan pendekatan berbeda terhadap Myanmar. Albar pada Januari 2006 menyatakan kepada Wakil Menteri Luarnegeri AS, Christopher Hill, bahwa ASEAN akan memakai cara pantas bagi Myanmar atas masalah hak asasi manusia dan perbaikan demokratik. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006